HARDI PRASETYO 2011:BUKU 2, RINGKASAN HASIL SIMPOSIUM INTERNASIONAL ILMIAH LUSI

BUKU 2: KNOWLEDGA MANAGMENT

RINGKASAN SIMPOIUM INTERNASIONAL ILMIAH LUASI

HARDI PRASETYO 2011,

PARADIGMA BARU PENANGGULANGAN BENCANA LUSI

DARI KONTROVERSI MENJADI KEBERSAMAAN MENCARI

SOLUSI YANG HOLISTIK

SERI LUSI LABORTORIUM ALAM PUSAT STUDI

MUD VOLCANO DI INDONESIA DAN DUNIA

 

RINGKASAN HASIL

Simposium Ilmiah Internasional Lusi:

25-26 Mei 2011, Lusi dan Surabaya

 

Dilaksanakan atas Kerjasama BPLS dan HSF (Australia)

Dengan Inisiator

 

LUSI LIBRARY:KNOWLEDGE MANAGEMENT

Dikontribusikan  Oleh Hardi Prasetyo 2010.

Sebagai Pendamping Ringkasan Simposium LUSI

Oleh: Prof. Dr. Steve Miller, USA

PRESENTATIONS

POKOK-POKOK BAHASAN

PROLOG

  • Pendahuluan dari Simposium Internasional Ilmiah Lusi Mei 2011:
  • Tiga Isu Aktual menjadi perhatian utama Simposium Lusi:
  • Tujuan Umum dan Strategis:
  • Menyaksikan dan Memaknai Perubahan Mendasar Bencana Lusi dan Strategi Penanggulangannya:
  • Faktual perubahan mendasar perilaku dan Intensitas semburan:
  • Memaknai sistem pengaliran Lusi ke Laut melalui wahana Kali Porong:
  • Perubahan paradigma semburan Lusi yang Tidak fokus pada Pemicu Lusi:
  • Pembahasan makalah ilmiah, bervariasi dari aspek makro sampai ke mikro:
  • Kemajuan pada pemahaman sistem Lusi:
  • Penyamaan persepsi masih banyak diperlukan banyak lagi pekerjaan ilmiah ke depan:

 

 

 

 

 

Benang Merah Pemahaman mendasar untuk studi Lusi ke depan:

 

Perkembangan baru yang signifikan:

  • Lusi sebagai sistem hidro-termal yang baru lahir:

 

  • Landasan untuk penelitian sistem hidrotermal:

 

  • Hubungan sistem saluran busur magmatik:

 

Temuan baru yang paling signifikan Sistem Lusi: Sistem hidrotermal yang baru Lahir

Preview Paper No 14 Andriano Mazzini:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/SYMPOSIUMONFUTURELUSISurabaya26May2011PresentationOfAndrianoMazzini#
  • Kaitan langsung dengan komplek volkanik:
  • Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal:

 

  • Studi perilaku Lusi ke depan:
  • Prospek energi panas bumi (energi hijau):
  • Kemajuan pemahaman sistem hidrotermal dan hubungan dengan volkanik:
  • Lusi bukan mud volcano yang umum:
  • Perbedaan dengan mud volcano yang umum (type mud volcano):
  • Karakteristik Gunung Lumpur yang umum:
  • Lusi bukan sebagai gunung lumpur yang umum (Atype mud volcano):
  • Kaitan langsung hubungan sistim saluran Lusi dengan sistem busur magmatik:
  • Langkah pemahaman pemicu Lusi dan perkembangan ke depan:
  • Komposisi awal gas bermula metan mikroba (CH4) berasal dari biogenik:
  • Komposisi gas pasca 2006 berubah berasal dari termogenik:
  • Isotop helium dan karbon, berasal dari  reaksi temperatur tinggi:
  • Indikasi sumber fluida Lusi dari hasil turunan selubung:
  • Jalur ke luar fluida Lusi berasal dari sumber yang dalam:
  • Sumber fluida berada pada kedalam 4400m:
  • Sumber cairan dari eksternal:
  • Sumber cairan eksternal bukan dari Formasi Kujung:
  • Skenario baru sumber fluida dari dalam dan sumber panas dari gunung magmatik:
  • Mendorong sumber fluida dari proses karbonisasi kerogen, dehidrasi:
  • Tingginya aliran panas, hadirnya helium selubung dan dominasi gas CO2:
  • Perubahan mode dari kondisi tekanan dan suhu tinggi menjadi suhu tinggi tekanan rendah:
  • Indikasi transportasi yang cepat dan transpor jarak jauh:
  • Peran yang lebih luas dari volkanik di busur depan yang lokasinya berdekatan:
  • Perubahan semburan lusi sebagai siklus geyser (2010) semi-periodik, semburan di dominasi oleh uap air:
  • Perilaku geyser, penurunan volume lumpur, stabilitas sumber lumpur:
  • Perilaku semburan, dominasi pusat semburan dan semburan kecil dengan siklus yang kembar dan sendiri:

 

Hasil-hasil signifikan mendukung isu Aktual tematik:

Preview Paper No, 2:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/PresentationOfLVanderkluysenASUAtTheSymposiumFutureLUSI#

Loyc (ASU)

  • Memperkuat pemahaman Perilaku semburan Geyser Lusi:
  • Memantau siklus semburan Geyser:
  • Pemahamankomposisi gas di permukaan untuk sistem saluran bawah permukaan:

 

  • Tanikawa, perkuatan sumber fluida Dalam, Temuan Penting litium:
  • Nilai konsentrasi Litium mendekati yang ada di Ujuni Salt Bolivia:
  • Analogi air asin kaya Litium dihasilkan sistem hidrotrmal sekala tektonik:
  • Temuan Litium memperkuat Lusi sebagai sistem hidrotrmal:
  • Pengendali mekanisme pembentukan litium kindisi hidrotermal: Lithium Story
  • Paradigma Baru, Prospekpenambangan Litium dari sumber cairan untuk bahan bateri:
  • Pentingnya pemahaman Geohistori sedimen:

 Pemahaman mekanisme overpressures di cekungan:

  • Anomali Plot versus kedalaman:
  • Sumber utama lumpur dari Formasi Kalibeng Atas:
  • Formasi Kalibeng atas secara mekanik lemah, dapat memicu sistem Lusi:
  • Penurunan viskositas lumpur dampak masukan cairan eksternal:
  • Kesimpulan diperlukan fluida dari sumber dalam untuk menjelaskan perbandingan air/lumpur yang tinggi:

Hilairy Hartnett:

Preview Paper No 4, Hilarry Hartnett:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/PresentationOfHilairyHartnettGeochemicalFingerprintingOfLUSIFluids26May2011#
  • Membandingkan geokimia carian Lusi dengan yang lainnya:
  • Cairan Lusi Rumit, cenderung carian dari sumber dalam:
  • Cairan Lusi yang panas beda dengan air laut, ada kemiripan dengan sumber gunung lumpur tua:
  • Lumpur Lusi mempunyai hubungan dengan alterasi dari volkanik:
  • Isu Aktual interaksi dengan magmatik, sumber panas dalam, volkanisme lumpur:
  • Diperlukan studi lanjutan memodel interaksi air-batuan pada suhu tinggi:

Guntoro:

 Preview Paper No 10 Agus Guntoro:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/SYMPOSIUMFUTURELUSI26MAY2011PresentationOfAgusGuntoroIndonesia#
  • Mineral deuterium bukti cairan Lusi dari sumber magmatik:
  • Anomali komposisi air 70% dan lumpur 30%, bukan tipe gunung lumpur yang konvensional:
  • Lokasi Lusi dalam kontek tektonik Indonesia:
  • Keberadaan gas H2S berasal dari fluida dalam yang menembus Formasi Kujung: Sedimentasi busur belakang
  • Kontroversi sumber gas H2S:
  • Formasi Kujung ditembus dari bawah:
  • Lusi Tipe Proses sedimentasi di busur belakang:
  • Pengendapan sedimen di busur belakang cepat meningkatkan overpressure:
  • Lumpur dan air berasal dari sumber yang berbeda:
  • Cairan dari bawah mendorong lumpur Kalibeng Atas ke Permukaan:
  • Penekanan Lusi sebagai suatu sistem hidrotermal dan bukan semburan mud volcano yang lumrah:

Tingay:

Preview Paper No 5 Mark Tingay:

 https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/PresentationProfDrMarkTingay26May2010Original#
  • Pemahaman awal sumber air eksternal yang mengenalikan Lusi berumur 23 Juta tahun dari Formasi Kunjung?
  • Kandidat yang paling mungkin sumber air adalah Formasi Porong-1 atau Formasi Prupuh lebih muda 7 tahun:
  • Kontroversi sumber air eksternal Lusi sumber dalam versus dari Formasi Prupuh menjadi Isu Aktual kedepan:

 

  • Perubahan batupasir klastik volkanik menjadi batuan beku  volkanik:
  • Penentuan satuan batuan dan implikasinya terhadap mekanisme aliran fluida melalui rekahan:
  • Arah struktur utama NW-SE sebagai patahan utama melalui Lusi:
  • Isu aktual yaitu sumber air, struktur rekahan bawah permukaan, evolusi dan perkembangannya:
  • Saran studi ke depanSeismik 3D. Magnetotelurik, Geokimia, pemantauan sumur dan tiltmeter:
  • Studi seismik 3D/4D(yaitu, sebuah studi seismik 3D dalam jendela dengan aktu yang berbeda);
  • Magnetotelurikuntuk mengidentifikasi cairan dan jalur mereka terhubung pada kedalaman;
  • Studi geokimia tambahan;
  • Sumur pemantauanuntuk mendapatkan konstrain dari dua sifat fisik yang sangat penting (permeabilitas dan porositas) yang mengontrol aliran, dan
  • Tiltmeters mencatat deformasi di permukaan.

Kadurin (Rusia). 

Preview Paper No 8&9 Sergey Kadurin & Igor Kadurin:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/SYMPOSIUMFUTURELUSI26MAY2011PresentationOfKadurinAndIgorRussia#
  • Menampilkan struktur 3-D dan mengusulkan sistem Poligon:
  • Identifikasi struktur patahan, diapir, struktur lumpur purba:
  • Sistem Poligon untuk memonitoring dinamika struktur pada kedalaman Lusi:

 

Loyc Studi Termal:

  • Untuk memahami frekuensi geyser dan aspek panas:
  • Pemantauan menerus melalui video dan pencitraan panas:

Amanada Clarke, USA:

  • Memahami antara perilaku Lusi dan aspek gempabumi:
  • Gunung Merapi dan Semeru merespon Gempabumi Yogyakarta:
  • Hubungan Lusi dengan gempabumi bersumber jauh: Analogi Gempa Oaxaca di Meksiko
  • Ada korelasi kuat kegempaan dengan sistem panasbumi dan hidrotermal:

 

  • Lusi sebagai sistem alami dihasilkan dari geodinamika yang komplek:
  • Pemicu Lusi sepenuhnya murni alami:
  • Hal-hal penting dapat diringkas sebagai berikut:
  • Proses Tektonik Lempeng, hasil dari sistem Busur Sunda:
  • Pembentukan cekungan busur belakang diisi sedimen yang cepat:
  • Pengendapan sediman yang cepat membentuk lapisan overpressure:
  • Transformasi sedimen kaya organis menjadi gas alam, kerogen dan minyak bumi:
  • Gunung lumpur sebgai indikator yang bair untuk terjebaknya minyak dan gas bumi:
  • Sumber lumpur Lusi lapisan dengan overpressure dan di bawah konsolidasi dan proses tektonik  jangka panjang:
  • Bukti terdapatnya gunung lumpur yang alami di Jawa Timur mendukung semburan Lusi adalah sistem alam:

Satyana, BP MIGAS  

 Preview Paper No 6 Awang Harun Satyana:
 https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/SYMPOSIOMOFFUTURELUSI26MAY2011SURABAYAINDONESIAPresentationOfSatyanaIndonesia#
  • Hubungan jatuhya kerajaan Jawa Kuno dan semburan gunung lumpur:
  • Spekulasi didasarkan revelansi hubungan langsung dengan semburan Lusi:
  • Berkembangnya beberapa mud volcano purba di wilayah sekitarnya:
  • Semburan terjadi secara spontan dengan analogi Lusi dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan pengeboran lokal:
  • Pemodelan secara Numerik dari Lusi menjadi bagian cukup mendasar: Panjang Umur Semburan Lusi

 

Presentasi dua studi pemodelan oleh Davies dan Rudolph: 

Preview Paper No 1, Richard Davies:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/PresentasiProfDrDaviesPadaSimIlIntLUSIKeDepan26Mei2011RevHardi#
  • Penerapan simulasi Monte-Carlo:

Model Davies, USA

  • Panjang umur semburan  Lusi 26 Tahun:

Rudolph et. al.

 Preview Paper No 7 Maxwell L. Rudolph:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/LUSILIBRARYKNOWLEDGEMANAGEMENTINTERNATIONALSCIENTIFICSYMPOSIUMONFUTURELUSIPRESENTATIONMa#
  • Mempresentasikan hasil dari model, dimana lumpur juga lolos melalui geometri sederhana
  • Hubungan dengan Proses Pembentukan Kaldera:
  • Sumber lumpur telah setabil, semburan berlanjut karena diduga adanya fluide dari sumber dalam:

 

  • Semburan Lusi telah berubah ke sistem geyser, sedikit dengan tanpa material lumpur yang disemburkan:
  • Mencegah terjadinya kaldera, yang dikaitkan dengan amblesan:

 

Harapan Kedepan dari Bencana ke Manfaat:

Preview Paper No 13 Sayogi Sudarman:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/SYPOSIUMFUTURELUSI26May2011PresentationSudarmanIndonesia#
  • Apakah masih ada harapan dari bencana Lusi:
  • Sudarmanprospek panas bumi: 
  • Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal yang baru lahir:

 

  • Besarnya pasokan air panas berhubungan dengan komplek gunung api:
  • Kemungkinan pengembangan Lusi sebagai sumber energi hijau:
  • Prose tumbuhnya ekonomilokal pemanfaatan bateri litium: Menyimpan energi hijau dari kompek panas bumi
  • The facto Lusi sebgai GeoHeritage yang langka:
  • Lahirnya sistem hidrotermal yang baru:

 

PROLOG

Preview Paper No 3, Sukendar Asikin:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/SYMPOSIUMFUTURELUSI26May2011PresentationSukendarAsikinIndonesia#

Pendahuluan dari Simposium Internasional Ilmiah Lusi Mei 2011:

Pada ulang tahun semburan Lumpur Sidoarjo (LUSI) yang ke 5 tahun (29 Mei 2011), BPLS bekerjasama dengan HSF (Australia) telah dapat melaksanakan suatu Simposium Ilmiah Internasional Lusi (Selanjutnya Simposium Lusi).

Pada Simposium Lusi, telah dihadiri oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin, praktisi dari berbagai penjuru dunia, termasuk para pejabat dari berbagai Institusi Pemerintah Indonesia.

Pada hari pertama 25 Mei 2016 Simposium Lusi, telah dilaksanakan di Lusi mud volcano.

 Diawali dengan peninjauan lapangan ke pelabuhan Nelayan tradisional di Tlocor, yang berlokasi di muara Kali Porong. 

Ditujukan untuk lebih memaknai sistem pengaliran Lusi ke Laut melalui Kali Porong.

Sedangkan even peninjauan dan foto bersama di “Tugu Aku Cinta Lingkungan (TACL) di Tlocor, mempunyai makna sebagai suatu komitmen bahwa BPLS dalam melaksanakan misi nasional Penanggulangan Bencana Kebumian Lusi (Bencana Lusi).

Akan senantiasa memperhatikan aspek Lingkungan (environmental friendly), dengan memperkecil dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

Tiga Isu Aktual menjadi perhatian utama Simposium Lusi: 

Tiga aspek utama yang dibahas, yaitu:

  • Kondisi  aktual Lusi mud volcano pada umumnya;
  • Khususnya pemahaman saat itu (the current state of understanding), terhadap sistem Lumpur Sidoarjo ”LUSI” (Lusi system), dan
  • Mengusulkan serangkaian kegiatan penelitian dan strategi mitigasibencana ke depan (propose future research and mitigation strategies).

Tujuan Umum dan Strategis:

Menyaksikan dan Memaknai Perubahan Mendasar Bencana Lusi dan Strategi Penanggulangannya: 

Tujuan dilaksanakannya Simposium Lusi 2011, adalah agar para peserta dari manca negara yang peduli terhadap Bencana Kebumian Lusi.

Dapat menyaksikan secara langsung, terhadap terjadinya suatu perubahan mendasar dari sistem Semburan Geyser Lusi.

Yang sekaligus berperan sebagai pengendali mekanisme utama Bencana Lusi.

Faktual perubahan mendasar perilaku dan Intensitas semburan: 

 Dimana intensitas semburannya telah menurun signifikan, dari kondisi sebelumnya (tahun 2006-2009).

Sebagaimana yang umum diketahui sebagai suatu semburan dahsyat yang merusak (violence and destructive).

Antara lain dicirikan dengan intensitas semburan rata-rata 100.000m3/hari, bahkan pernah mencapai puncaknya pada Desember 2006 sebesar 150.000m3/hari.

Memaknai sistem pengaliran Lusi ke Laut melalui wahana Kali Porong:

Disamping itu para peserta juga diharapkan dapat mengamati secara langsung, terhadap sistem pengaliran Lusi ke laut melalui Kali Porong.

Dimana di bagian hulunya (PAT) telah dikerahkan peralatan utama kapal keruk, serta peralatan pendukung lainnya.

Selanjutnya dari outlet di Kali Porong, Lusi mengalir secara alami. Diharapkan masuk sampai ke palung dalam di Selat Madura, dengan menggunakan mekanisme dari Kali Porong yang memiliki energinya sendiri (tanpa mekanisasi).

Perubahan paradigma semburan Lusi yang Tidak fokus pada Pemicu Lusi:

Meskipun saat itu perhatian dari masyarakat luas umumnya masih terus berlanjut, terkait penyebab pemicu semburan Lusi (Causing and trigerring Lusi eruption). 

Namun para ilmuwan yang berpatisipasi pada Simposium Lusi, telah berkomitmen untuk lebih memfokuskan perhatiannya, pada pemahaman terhadap sistem Lusi yang sekarang (Currently Lusi mud volcano system).

Sehingga tidak lagi memusatkan perhatiannya pada  apa  pemicu atau inisiasiya (trigger and causing). 

Pembahasan makalah ilmiah, bervariasi dari aspek makro sampai ke mikro:

Pada Simposium Ilmiah Internasional Lusi ini yang dilaksanakan  pada 26 Mei 2011 di Surabaya, telah  presentasikan 13 makalah ilmiah.

Dengan substansi ilmiah, mencakup berbagai topik yang cukup luas dari dimensi makro sampai nano.

Debat Lusi bisa saja muncul kembali, Dari temuan yang dipresentasikan:

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pada perdebatan pemicu LUSI, di masa depan masih dapat muncul kembali.

Karena isu pemicu semburan Lusi masih sangat mendapatkan perhatian dari banyak pihak.

Hal ini, sebagai implikasi terhadap adanya penemuan ilmiah baru dan khususnya dari hasil penelitian yang disajikan pada Simposium Lusi 2011

Cakupan bahasan makalah ilmiah yang dimulai dari yang menjangkau sekala ribuan kilometer, yaitu dikenal dengan aspek tektonik regional.  

Sampai ke skala nano meter, dari dimensi partikel lumpur. Juga termasuk studi berbasis pemodelan numerik, diantaranya yang signifikan terkait panjang umur semburan Lusi dari berbagai parameter.

Kemajuan pada pemahaman sistem Lusi:

Topik makalah yang ditampilkan pada Simposium Lusi 2011, berkisar dari yang  telah dihasilkan berbagai kegiatan penelitian Lusi selama ini.

Sehingga dengan jelas telah menunjukkan adanya suatu kemajuan yang cukup signifikan (significant progress).

Khususnya dalam upaya, untuk lebih memahami sistem mud volcano Lusi ini (in understanding this system). 

Penyamaan persepsi masih banyak diperlukan banyak lagi pekerjaan ilmiah ke depan:

Namun demikian, juga dimaknai pada akhir Simposium Lusi, bahwa masih diperlukan banyak lagi pekerjaan ilmiah ke depan. Sebagaimana yang disampaikan para pemakalah, sebagai suatu rekomendasi, pada bagian penutup dari presentasi terkait.

Benang Merah Pemahaman mendasar untuk studi Lusi ke depan:

 Dapat dirangkai suatu benang merah dari hal-hal penting  yang ditemukan pada hampir semua presentasi dari makalah terkait.

Dimana telah memberikan landasan yang kokoh bagi studi pada masa depan (sets a solid foundation for future studies).

 

Perkembangan baru yang signifikan:

 

Lusi sebagai sistem hidro-termal yang baru lahir:

Tampaknya LUSI telah menjadi suatu sistem hidro-termal yang baru lahir (new-born hydro-thermal system).

Dimana hal tersebut (Lusi suatu sistem hidrotermal), pada hakekatnya merupakan suatu fenomena geologi yang jarang terjadi (a geologic rarity). 

Sehingga menawarkan banyak kemungkinan ke depan (offers many possibilities for both assessing its future).

Landasan untuk penelitian sistem hidrotermal:

Salah satunya akan menyediakan suatu landasan untuk suatu riset  mendasar (providing a platform for basic research) pada sistem hidro-termal (in hydro-thermal systems).

Hubungan sistem saluran busur magmatik:

Dalam kaitan ini adalah sangat mendasar, untuk dimaknai hubungan Lusi dengan sistem saluran magmatik (links to magmatic plumbing) dari busur vulkanisme (arc volcanism).

Temuan baru yang paling signifikan Sistem Lusi: Sistem hidrotermal yang baru Lahir

Temuan konsepsi baru yang dinilai paling signifikan (most significant new finding).

Pasca even Debat Lusi di Afrika Selatan Oktober 2008, adalah tentang sistem LUSI (the LUSI system). Sebagaimana yang telah diusulkan oleh Mazzini dari hasil studi geokimianya (geochemical studies).

Studi Mazzini telah menyediakan suatu bukti yang cukup kuat (studies provide strong evidence), bahwa LUSI adalah sistem hidrotermal yang baru lahir (that LUSI is a newborn hydrothermal system).

Kaitan langsung dengan komplek volkanik:

Selanjutnya diusulkan bahwa Lusi mempunyai hubungan yang langsung (a direct link), dengan komplek vulkanik Arjuno Welirang yang ada didekatnya (to the nearby Arjuno-Welirang volcanic complex).

 Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal:

Jika gagasan-gagasan kedepan  ini dapat diverifikasikan (merupakan  hal penting), sehingga hal ini akan  mempunyai implikasi penting  pada:

  • Studi perilaku Lusi ke depan:

     Mempunyai implikasi yang Luas (this has major implications) terhadap studi-studi perilaku Lusi ke depan (for the future behavior of LUSI). 

  • Prospek energi panas bumi (energi hijau):

      Kemungkinan untuk eksploitasi energi panas bumi (possible geothermal energy exploitation), dan

  • Kemajuan pemahaman sistem hidrotermal dan hubungan dengan volkanik:

Kemungkinan beberapa kemajuan mendasar dalam pemahaman kita (some fundamental advances in our understanding) tentang sistem hidro-termal dan saluran vulkanik (hydro-thermal systems and volcanic plumbing). 

Lusi bukan mud volcano yang umum:

Hasil analisis kimia oleh  Mazzini dari semburan lumpur dan air (erupting mud and waters) telah menunjukkan suatu  identifikasi.

 Bahwa LUSI yang sebelumnya ditentukan sebagai suatu gunung lumpur yang umum (identifying LUSI as a mud volcano), namun hal ini mungkin menjadi kurang tepat (probably a misnomer).

Perbedaan dengan mud volcano yang umum (type mud volcano):

Karena sifat sistem Lusi mud volcano ini sangat berbeda (Atype mud volcano), daripada yang biasanya umum disebut-sebut sebagai suatu tipe gunung lumpur (type mud volcano).

Karakteristik Gunung Lumpur yang umum:

Gunung lumpur secara tradisional umumnya mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu:

  • Temperaturyang dingin (Traditional mud volcanoes are cold), 
  • Gradien panas bumirendah (low geothermal gradients), dan
  • Frekuensi semburanyang jarang (infrequent in eruptions).

Lusi bukan sebagai gunung lumpur yang umum (Atype mud volcano):

Namun pada LUSI, sangat berbeda dari mud volcano yang umumnya sebagaimana disampaikan terdahulu, yaitu:

  1. Memiliki gradien panas bumiyang sangat tinggi (very high geothermal gradients), 
  2. Komposisi gasyang disemburkan didominasi oleh CO2 (CO2-dominated), dan
  3. Merupakan suatu sistem semburan lumpur yang bertahan sangat lama(a very long-lasting) dengan pola semburan seperti geyser (geyser-like eruption system).

Kaitan langsung hubungan sistim saluran Lusi dengan sistem busur magmatik:

Perubahan pada karakteristik ini, cukup bermakna. Karena hal itu berarti bahwa sistem saluran LUSI (LUSI’s plumbing system) secara langsung terkait dengan busur vulkanik, yang lokasinya berdekatan (is directly linked with the adjacent volcanic arc).

Langkah pemahaman pemicu Lusi dan perkembangan ke depan:

Dengan demikian pemahaman ini yang sangat bernilai merupakan suatu langkah besar ke depan (the future step).

Dalam upaya pemahaman kita tentang kemungkinan bagaimana semburan LUSI telah dipicu, dan perspektif kemana selanjutnya Lusi akan bergerak dari posisinya saat itu (what next Lusi).

Komposisi awal gas bermula metan mikroba (CH4) berasal dari biogenik:

Mazzini melaporkan dari hasil analisis geokimia, bahwa dominasi gas saat awal kejadian dari semburan LUSI (dominant gas from LUSI), adalah metana mikroba (microbial methane (CH4)). Yang  

berasal dari biogenik (of biogenic origin).

 Komposisi gas pasca 2006 berubah berasal dari termogenik:

Selanjutnya komposisi gas setelah tahun 2006, telah berubah menjadi lebih berasal dari sumber termogenik (thermogenic origin).

Isotop helium dan karbon, berasal dari  reaksi temperatur tinggi:

Analisis lebih lanjut terhadap isotop helium dan karbon (analyses of helium and carbon isotopes).

Telah menunjukkan hasil yang konsisten dengan suatu reaksi, yang berlangsung pada suhu yang tinggi (high temperature reaction).

Indikasi sumber fluida Lusi dari hasil turunan selubung:

Hal ini telah mengindikasikan , bahwa sumber fluida Lusi adalah hasil turunan dari selubung bumi (fluid source is mantle-derived). 

Jalur ke luar fluida Lusi berasal dari sumber yang dalam:

Hal ini selanjutnya  telah mengimplikasikan bahwa jalur keluar cairan Lusi (Lusi fluid pathway from a source).

Berasal dari sumber yang jauh lebih dalam (much deeper history), daripada yang diasumsikan sampai saat ini (than assumed to date). 

Sumber fluida berada pada kedalam 4400m:

Mazzini menunjukkan bahwa sumber fluida berada pada kedalaman sekitar 4400 m.

Yaitu suatu batuan sumber dari satuan batuan serpih Ngimbang (the Ngimbang source rock Unit). 

Sumber cairan dari eksternal:

Hal ini konsisten dengan adanya suatu kebutuhan (the need for an) atas fakta bahwa semburan lusi berlangsung secara berlanjut.

Dengan intensitas luar biasa, yaitu adanya suatu cairan dari sumber eksternal (external fluid source). 

Sumber cairan eksternal bukan dari Formasi Kujung:

Hal ini sekaligus juga mengesampingkan pemahaman, bahwa sumber cairan eksternal berasal dari  satuan batugamping Kujung (Kujung limestone formation of guilt as the external fluid source).

Skenario baru sumber fluida dari dalam dan sumber panas dari gunung magmatik:

Mazzini mengusulkan suatu skenario baru untuk sistem ini (a new scenario for this system).

Dimana intrusi magma (magmatic intrusion), berasal dari tetangga dekatnya yaitu gunung magmatik Arjuno Welirang.

Dimana selanjutnya menyediakan sumber panas langsung (provides a direct heat source).

Mendorong sumber fluida dari proses karbonisasi kerogen, dehidrasi:

Sehingga mendorong terjadinya sumber cairan (the fluid source) berasal dari proses dekarbonisasi  dan dehidrasi kerogen (kerogen decarbonization and dehydration). 

Tingginya aliran panas, hadirnya helium selubung dan dominasi gas CO2:

Hal ini konsisten dengan hasil pengamatan terhadap tingginya aliran panas (high heat flow) dan sistem didominasi gas CO2 dengan keberadaan dari helium mantel (mantle helium).

Perubahan mode dari kondisi tekanan dan suhu tinggi menjadi suhu tinggi tekanan rendah:

Aspek yang menarik dari model ini adalah, bahwa pengamatan menunjukkan telah terjadi peralihan dari kondisi awalnya tekanan tinggi, suhu tinggi (high-pressure, high-temperature conditions).

Beralih menjadi kondisi suhu tinggi dan tekanan rendah (to high temperature, low-pressure conditions).

Indikasi transportasi yang cepat dan transpor jarak jauh:

Hal ini menyiratkan adanya suatu moda transportasi yang cepat pada jarak jauh (rapid transport over large distances).

Sehingga diasumsikan aliran dari daerah sumber didominasi oleh rekahan (fracture-dominated flow).

Peran yang lebih luas dari volkanik di busur depan yang lokasinya berdekatan:

Hasil kajian Mazzini tersebut selanjutnya memungkinkan untuk peningkatan skala permasalahan, menjadi konteks yang lebih luas lagi (allow an upscaling of the problem to a larger context). 

Yaitu peran penting yang telah dimainkan (the role played by) oleh busur vulkanik, yang lokasinya berdekatan   the adjacent volcanic arc).

Perubahan semburan lusi sebagai siklus geyser (2010) semi-periodik, semburan di dominasi oleh uap air:

Dukungan pengamatan untuk hipotesis ini (Observational support for this hypothesis) adalah, bahwa perilaku LUSI telah berubah pada tahun 2010 menjadisuatu sistem geyser (geyser system).

Dengan siklus erupsi semi-periodik (semi-periodic eruption cycles) dan dengan material yang disemburkan pada setiap siklus sebagian besar adalah uap air.

 

 

Perilaku geyser, penurunan volume lumpur, stabilitas sumber lumpur:

Perilaku geyser (Geyser behavior), dan penurunan volume lumpur yang diekstrusikan (reduction in extruded mud volumes).

Menunju ke sebuah sumber cairan dengan berkedudukan yang dalam (deep source of fluid).

Dan beberapa stabilitas struktural dari lapisan lumpur (some structural stability of the mud layer).

Perilaku semburan, dominasi pusat semburan dan semburan kecil dengan siklus yang kembar dan sendiri:

LUSI masih didominasi oleh semburan (LUSI is still dominated by eruptions) di pusat kawah (in the central crater). 

Tetapi juga diidentifikasi adanya anak kepundan atau bubble (but subsidiary vents are also identified) yang memancarkan semburan kecil, dengan siklus mereka sendiri (emitting smaller eruptions and with their own cycles).

Hasil-hasil signifikan mendukung isu Aktual tematik:

 Loyc (ASU)

Memperkuat pemahaman Perilaku semburan Geyser Lusi:

Memantau siklus semburan Geyser: 

Mendokumentasikan dan telah mengkuantitatifkan siklus semburan (Documenting and quantifying these cycles) sebagai suatu geyser (would be a geyser).

Pemahaman komposisi gas di permukaan untuk sistem saluran bawah permukaan: 

Himpunan data yang sangat penting (very important dataset) dari komposisi gas pada semburan di permukaan Lusi.

Untuk suatu pemahamanan terhadap sistem saluran di bawah permukaan (for constraining the underground plumbing system).

Peluang untuk mendokumentasikan hal tersebut secara baik, telah ditunjukkan oleh Loyc dan rekan-rekan.

Dengan perekaman selang waktu urutan citra termal (a time-lapse sequence recording thermal) dan pandangan visual (visual images).

Dilakukan dari menara observasi yang baru selesai di dibangun (Tower P 42) yang menghadap ke semburan LUSI.

Tanikawa, perkuatan sumber fluida Dalam, Temuan Penting litium:

Pengamatan terhadap bukti lebih lanjut untuk sumber fluida yang dalam (evidence for a deep fluid source).

Telah digambarkan oleh Tanikawa dengan temuan pentingnya, bahwa cairan telah diperkaya Lithium (fluids are Lithium-enriched). 

Nilai konsentrasi Litium mendekati yang ada di Ujuni Salt Bolivia:

Tanikawa menunjukkan bahwa nilai konsentrasi Litium (Lithium concentrations) .

Mendekati dengan yang ada di Uyuni salt flat di Bolivia, dimana merupakan 50-70% pemasok dunia dari unsur penting ini.

Analogi air asin kaya Litium dihasilkan sistem hidrotrmal sekala tektonik:

Dalam kaitan ini telah diperkirakan, bahwa air asin yang kaya Lithium (Lithium rich brines) di Bolivia salt flat.

Kemungkinan juga dihasilkan dari suatu sistem hidrotermal dengan skala tektonik (a tectonic-scale hydrothermal system).

Temuan Litium memperkuat Lusi sebagai sistem hidrotrmal:

Dimana bila benar, hal ini akan semakin menguatkan padangan dari Mazzini (2011).

Bahwa LUSI telah lebih mengarah sebagai suatu sistem hidrotermal (LUSI be designated a hydro-thermal system).

Dalam kaitan ini, bukan sebagai suatu gunung lumpur yang biasanya (instead of a mud volcano).

Pengendali mekanisme pembentukan litium kindisi hidrotermal: Lithium Story

Penjelasan sederhana dari cairan yang diperkaya Lithium (simple explanation of Lithium-enriched fluids).

Adalah bahwa ia dicirikan pada suhu rendah (low temperature), lithium diserap ke mineral lempung  (lithium is absorbed into clay minerals).

Sementara bila di bawah kondisi-kondisi hidrotermal, proses desorpsi termal merilis Li + (thermal desorption releases Li+), ke dalam cairan hidrotermal (into the hydrothermal fluids).

Paradigma Baru, Prospekpenambangan Litium dari sumber cairan untuk bahan bateri:

Dalam suatu pernyataan yang bersifat melihat ke depan, untuk suatu peralihan LUSI dari bencana menuju suatu peluang (for turning LUSI from disaster to opportunity).

Tanikawa mengusulkan ke depan, suatu kegiatan pertambangan Litium berasal dari sumber cairan (Tanikawa proposes mining the Lithium from the fluids), untuk mendapatkan kemanfaatan ekonomi pada masyarakat for economic gain to the community).

Pentingnya pemahaman Geohistori sedimen:

Selain menyampaikan suatu sejarah tentang litium (the lithium story), Tanikawa et. al. juga telah menghadirkan pendekatan yang sangat berbasis pada fisika (a very physics-based approach) untuk mengatasi masalah ini  to this addressing this problem).

Pemahaman mekanisme overpressures di cekungan:

Dalam hal ini eksperimen laboratorium dan pemodelan (laboratory experiments and modeling) telah dilakukan.

Untuk mencoba memahami mekanisme, dimana overpressures telah berkembang pada cekungan sedimen (sedimentary basin).

Sejarah sedimen dan sifat litologi (history and lithologic properties), memegang peran penting karena dapat mengontrol sifat dari sistem aliran (control the flow properties of the system).

Baik dari segi fluida overpressure pada kedalaman (fluid overpressure at depth).

Maupun struktur permeabilitas (the permeability structure) yang telah memerangkap overpressure tersebut (trapped the overpressure).

Anomali Plot versus kedalaman:

Tanikawa menunjukkan suatu plot yang menarik (showed an intriguing plot).

Dimana litologi LUSI tampaknya telah menyimpang secara substansial (the lithology of LUSI deviates substantially), dari kurva pemadatan yang khas (from the typical compaction curves).

Yaitu dicirikan oleh berkurangnya  porositas terhadap kedalaman (the loss of porosity with depth), dari suatu cekungan sedimen (sedimentary basins).  

Sumber utama lumpur dari Formasi Kalibeng Atas:

Selanjutnya telah diitunjukkan bahwa Formasi Kalibeng (the Kalibeng formation), kemungkinan besar berperan sebagai sumber lumpur (presumably the source of the mud).

Karena memiliki porositas yang lebih signifikan daripada yang diperkirakan, dari suatu sistem pemadatan (compacting system).

Disamping itu bahwa ekspansi termal dari hasil cairan entrained (thermal expansion of the entrained fluids).

Telah menghasilkan suatu tekanan fluida (fluid pressure) yang mendekati tekanan batuan (close to that of the rock pressure).

Formasi Kalibeng atas secara mekanik lemah, dapat memicu sistem Lusi:

Sehingga dimaknai, bahwa batuan pada lapisan ini (the rock in this layer) secara mekanik lemah.

Atau bahkan dengan kekuatan geser nol, jika tekanan fluida sama dengan tekanan batuan (even zero strength in shear if fluid pressure equals rock pressure).

Bahkan dengan masukan yang kecil dari cairan eksternal (a minor input of external fluid), ia dapat menggoyahkan stabilitas atau memicu sistem (could destabilize or trigger the system).

Penurunan viskositas lumpur dampak masukan cairan eksternal:

Tanikawa juga menunjukkan, bahwa viskositas lumpur menurun secara signifikan (mud viscosity decreases substantially), sebagai fungsi dari fraksi padat (as a function of the solid fraction).

Dengan efek, bahwa masuknya cairan akan mengurangi fraksi padat (reduce the solid fraction).

Disamping itu memungkinkan lumpur, mengalir jauh lebih mudah (allow the mud to flow much more easily).

Sebagai konsekuensi (at the consequently) viskositas yang jauh lebih rendah  (much lower viscosity).

Kesimpulan diperlukan fluida dari sumber dalam untuk menjelaskan perbandingan air/lumpur yang tinggi:

Tanikawa sampai pada kesimpulan yang sama dengan Mazzini,  dengan  menggunakan suatu penalaran.

Bahwa sumber eksternal fluida diperlukan (an external source of fluid is needed) untuk menjelaskan perbandingan dari air/lumpur (to explain the water/mud ratios).

Fluida haruslah berasal dari suatu sumber yang dalam (the fluids must be deep), karena konsentrasi yang tinggi dari litium (because of the high concentrations of Lithium).

Hilairy Hartnett:

Membandingkan geokimia carian Lusi dengan yang lainnya:

Dalam studi geokimia lainnya, Hilairy Hartnett dan koleganya dari ASU, USA telah menggunakan hasil geokimia cairan LUSI (geochemical results of LUSI fluids).

Untuk perbandingan dengan gunung lumpur lainnya (for comparison with other mud volcanoes).

Sedangkan air permukaan (surface waters), digunakan untuk melacak asal mula dari cairan (to trace the origin of the fluids) yang mengendalikan LUSI (driving LUSI).

Cairan Lusi Rumit, cenderung carian dari sumber dalam:

Kesimpulan bahwa asal-usul cairan Lusi adalah ‘rumit’ (‘it is complicated’).

Namun tetap memberikan beberapa petunjuk penting (nonetheless provided some important clues), terhadap asal-usul dari cairan (for the origin of the fluids).

Dalam hal ini, tampaknya konsisten dengan model yang diusulkan sebelumnya oleh Mazzini bahwa fluida berasal dari sumber yang dalam (seems consistent with the Mazzini model of a deep origin).

Cairan Lusi yang panas beda dengan air laut, ada kemiripan dengan sumber gunung lumpur tua:

Tanpa masuk ke rincian, esensi dari temuan mereka adalah bahwa cairan panas (the fluids are hot), sangat berbeda dari air laut (quite different from sea water).

Sedangkan dari kandungan isotop hidrogen dan oksigen (from hydrogen and oxygen isotopes), adalah sangat mirip dengan gunung lumpur tua/purba yang sebelumnya telah dipelajari (very similar to the older mud volcanoes studied).

Hal ini menunjukkan bahwa cairan apapun sebagai pengendali LUSI (indicates that whatever fluids are driving LUSI).

Mungkin sama dengan yang mengendalikan gunung lumpur purba (probably the same as that driving paleo volcanoes).

Lumpur Lusi mempunyai hubungan dengan alterasi dari volkanik:

Dengan menghubungkan ke proses yang layak dari penyebab magmatik (probably the same as that driving ancient volcanoes).

Hasil analisis dari mineralogi lempung telah menunjukkan, bahwa LUSI memiliki persentase lebih tinggi dari mineral lempung yang berasal dari mud volcano yang lebih tua lainnya.

Dalam hal ini adalah mud volcano  Kalang Anyar yang memiliki kuarsa lebih signifikan  (which has substantially more quartz), tetapi implikasi dari hal ini masih tidak jelas.

Hartnett et. al., telah mengusulkan dari analisis elemen jejak (trace element analyses), bahwa lempung di LUSI merupakan alterasi dari volkanik.

Isu Aktual interaksi dengan magmatik, sumber panas dalam, volkanisme lumpur:

Pengamatan ini menempatkan sisi lain terkait hipotesis-hipotesis:

  • Tentang interaksi kompleks antaravulkanisme magmatik (the complex interactions between volcanism), 
  • Sumber panas dalam(deep heat sources), dan
  • Volkanisme lumpur(mud volcanism).

Diperlukan studi lanjutan memodel interaksi air-batuan pada suhu tinggi:

Pekerjaan tambahan masih diperlukan untuk memodelkan interaksi air-batuan pada suhu tinggi (to model the high temperature water-rock interactions).

Sebagaimana yang juga disarankan oleh desporption suhu tinggi dari Litium (by the high temperature desporption of lithium) disampaikan oleh Takinawa, dan sumber yang dalam (deep source) diusulkan oleh Mazzini.

Guntoro:

Mineral deuterium bukti cairan Lusi dari sumber magmatik:

Melaporkan bahwa kehadiran mineral Deuterium (the presence of Deuterium), dapat memberikan bukti lebih banyak lagi (provides yet more) terhadap asal usul magmatik untuk cairan LUSI (for a magmatic origin for the LUSI fluids).

Anomali komposisi air 70% dan lumpur 30%, bukan tipe gunung lumpur yang konvensional:

Sedangkan 70% air dan 30% lumpur (dan laju aliran yang sangat tinggi), adalah suatu yang bukan tipikal untuk gunung lumpur konvensional (atypical for conventional mud volcanoes).

Lokasi Lusi dalam kontek tektonik Indonesia:

Guntoro memberikan ringkasan komprehensif terkait dengan lumpur vulkanisme (a comprehensive summary of mud volcanism).

Disamping itu juga membahas lokasi LUSI dalam konteks skala yang lebih besar yaitu  tektonik Indonesia (Jawa) (Indonesian Java tectonics).

Keberadaan gas H2S berasal dari fluida dalam yang menembus Formasi Kujung: Sedimentasi busur belakang

Kontroversi sumber gas H2S: 

Pengamatan adanya pertentangan tentang gas H2S (contradicting observations of H2S gas), kemungkinan berasal dari formasi Kujung.

Namun di sisi lain,  formasi Kujung sendiri, dimaknai  tidak ditembus oleh sumur eksplorasi BJP-1.

Formasi Kujung ditembus dari bawah: 

Hal ini menunjukkan, bahwa Formasi Kujung telah ditembus dari arah bawah (that the Kujung formation was penetrated from below).

Sehingga  bukan bergerak dari atas, dari suatu sumber cairan yang dalam (deep source of fluid).

Lusi Tipe Proses sedimentasi di busur belakang: 

Semua pengamatan, dari anomali gravitasi untuk rasio lumpur cairan (gravity anomalies to fluid mud ratios) kehadiran Deuterium (to the presence of Deuterium).

Telah mendasari Guntoro untuk menyimpulkan, bahwa LUSI adalah hasil dari tipe proses-proses sedimentasi (LUSI is a result of typcial sedimentation processes) di cekungan busur belakang (in back-arc basins).

Pengendapan sedimen di busur belakang cepat meningkatkan overpressure:

Dalam cekungan busur belakang (back-arc basin), kecepatan sedimentasi dan pemerangkapan dan penguburan cairan (fast sedimentation rates trap and bury fluids) berlangsung dengan cepat.

Dimana meningkatkan terhadap tekanan (increase in pressure), ketika terdapat penambahan pasokan sedimen di atasnya (as additional sediments are supplied above).

Lumpur dan air berasal dari sumber yang berbeda: 

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lumpur dan cairan (the mud and fluid) berasal dari dua sumber yang berbeda (come from two different sources).

Hal ini telah menyiratkan bahwa mekanisme yang layak untuk memicu (a viable triggering mechanism)

Karena adanya masukkan cairan (is the influx of fluids) yang berasal dari bawah ke Formasi  Kujung.

Cairan dari bawah mendorong lumpur Kalibeng Atas ke Permukaan: 

Dalam skenario ini, cairan telah meningkatkan H2S sepanjang perjalanannya (the fluids up H2S along the way).

Dimana selanjutnya mendorong lumpur dari Kalibeng Atas (drives the mud from the Upper Kalibeng) menuju permukaan t(owards the surface).

Penekanan Lusi sebagai suatu sistem hidrotermal dan bukan semburan mud volcano yang lumrah:

Penentuan ulang bahwa LUSI sebagai suatu sistem hidrotermal (Re-designating LUSI as a hydrothermal system).

Namun bukan sebagai suatu semburan lumpur yang lumrah (not a mud volcano), adalah bukan satu-satunya saran tentang terminologi yang dikenal pada umumnya untuk sistem ini.

Tingay:

Pemahaman awal sumber air eksternal yang mengenalikan Lusi berumur 23 Juta tahun dari Formasi Kunjung?

Tingay dan kolega telah menunjukkan bahwa selama ini penamaan yang digunakan untuk karbonat Formasi Kujung (that the oft-named Kujung carbonate formation).

Cenderung menduga bahwa sumber air eksternal yang mengendalikan LUSI, adalah berumur 23 Juta tahun (alleged source of external water driving LUSI, is 23 Ma).

Kandidat yang paling mungkin sumber air adalah Formasi Porong-1 atau Formasi Prupuh lebih muda 7 tahun:

Sedangkan usulan mereka sebagai kandidat yang paling mungkin untuk sumber dengan karakteristik yang yang sangat overpressure tersebut,  adalah dari Formasi Porong-1, dengan umur  sekitar 7 Jt lebih muda dari Formasi Kujung.

Kontroversi sumber air eksternal Lusi sumber dalam versus dari Formasi Prupuh menjadi Isu Aktual kedepan:

 Pertentangan terhadap sumber cairan eksternal (conflicting source of external fluid), sebagaimana yang diidentifikasikan sebagai sumber yang dalam (identified as a deep source) oleh Mazzini/Tanikawa/ Guntoro, dan Formasi Porong-1 oleh Tingay, perlu dijelaskan lebih lanjut dalam studi masa depan.

Perubahan batupasir klastik volkanik menjadi batuan beku  volkanik:

Perubahan signifikan lain yang diusulkan Tingay adalah bahwa lapisan batupasir klastik volkanik yang berada di atas satuan karbonat (volcano-clastic sands just above the carbonates), haruslah diredifinisi kembali (should be re-named).

Untuk lebih mencerminkan bahwa lapisan tersebut, jauh lebih mungkin berasal dari batuan beku volkanik  (volcanics of igneous origin).

Klaim ini muncul dari hasil analisis data dari inti bor (of the cuttings from the drill core), yang terdiri dari andesit, dasit, dan welded tuffs (consisted of andesite, dacite, and welded tuffs).

Tingay berpendapat bahwa penentuan satuan sebelumnya sebagai pasir vulkanik (the original designation as volcanic sands),  telah muncul hanya karena kenampakannya seperti pasir (arose simply because they looked like sand).

Mereka tampak seperti pasir, sehingga begitu sulit untuk mengebor pada lapisan batuan beku tersebut yang awalnya keras dan kompeten, selanjutnya telah pecah menjadi ke partikel berukuran pasir.

Penentuan satuan batuan dan implikasinya terhadap mekanisme aliran fluida melalui rekahan:

Penentuan ulang ini  tidak hanya semata karena pasir vulkanik sangat permeabel (volcanic sands are very permeable), dan deskripsi aliran melalui mereka digambarkan oleh aliran Darcian melalui media berporositas  menengah (porositas 20-25%).

Sedangkan batuan beku vulkanik, bagaimanapun, memiliki porositas jauh lebih rendah (<9%) (igneous volcanics, however, have much lower porosity (<9%)).

Sedangkan  aliran fluida melalui mereka didominasi adalah rekahan (fluid flow through them is fracture dominated).

Artinya, aliran didominasi rekahan (fracture-dominated flow) akan melibatkan aliran lokal melalui rekahan yang sangat permeabel.

Sebaliknya tidak ada aliran yang kuat, perbedaan penting untuk menggambarkan dan pemodelan dari tekanan tinggi mengendalikan  aliran fluida (modeling of high-pressure driven fluid flow).

Arah struktur utama NW-SE sebagai patahan utama melalui Lusi:

Tingay juga telah menggunakan argumen geo-mekanik, untuk menunjukkan bahwa arah utama NW-SE. Sebagai patahan utama dimana melalui LUSI sehingga menyembur.

Hal ini sepenuhnya konsisten dengan yang diprediksi oleh teori Andersonian untuk strike-slip faulting dalam didominasi, dengan arah NS tegangan  maksimum tektonik medan horisontal.

Selain itu, perkembangan selanjutnya diamati dari sistem berarah NW-SE, juga konsisten untuk slip pada antitetis patahan-patahan strike-slip yang dikenakan pembebanan bidang-jauh yang sama (far-field loading).

Mengidentifikasi dan membatasi orientasi tegangan horisontal maksimum (the orientation of the maximum horizontal stress) adalah penting untuk setiap studi pemodelan numerik lanjutan dari hidro-mekanik pada sistem ini (hydro-mechanics of this system).

Isu aktual yaitu sumber air, struktur rekahan bawah permukaan, evolusi dan perkembangannya:

Menurut Tingay beberapa ri pertanyaan-pertanyaan penting yang masih timbul untuk dijawab,  adalah:

  • Dimana adalah sumber air?
  • Apa struktur rinci dari jaringan rekahanbawah permukaan menyediakan jalur cairan, dan
  • Bagaimana struktur berevolusi, dan bagaimana cara berkembang sekarang?

Saran studi ke depan Seismik 3D. Magnetotelurik, Geokimia, pemantauan sumur dan tiltmeter:

Tingay menyarankan studi masa depan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, termasuk:

  • Studi seismik 3D/4D(yaitu, sebuah studi seismik 3D dalam jendela dengan aktu yang berbeda);
  • Magnetotelurikuntuk mengidentifikasi cairan dan jalur mereka terhubung pada kedalaman;
  • Studi geokimia tambahan;
  • Sumur pemantauanuntuk mendapatkan konstrain dari dua sifat fisik yang sangat penting (permeabilitas dan porositas) yang mengontrol aliran, dan
  • Tiltmeters mencatat deformasi di permukaan.

Kadurin (Rusia) menampilkan struktur 3-D dan mengusulkan sistem Poligon:

Kadurin et. al. menggunakan jaringan geofisika (disebut poligon) untuk mendeteksi kegempaan, selanjutnya Tim Rusia telah dapat membangun struktur 3D dari GIS 3-D.

Tim Rusia sebelumnya telah membangun suatu pandangan 3D dari bawah permukaan, dengan menafsirkan penampang seismik refleksi 2D yang tersedia sebelum terjadinya LUSI.

Identifikasi struktur patahan, diapir, struktur lumpur purba:

Dengan model GIS 3-D telah dapat diidentifikasikan  beberapa bangunan struktur yaitu sejumlah patahan, diapirs, dan apa yang mereka klaim sebagai struktur lumpur purba (paleo mud structure) yang berada pada  kedalaman.

Sehingga memberikan  implikasi, bahwa LUSI merupakan suatu struktur geologi yang telah menyembur di masa lalu.

Sistem Poligon untuk memonitoring dinamika struktur pada kedalaman Lusi:

Dengan usulan penerapan sistem  Poligon untuk mengatur LUSI, diharapkan  akan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan terkait tentang postur struktur di kedalaman

Dimana sistem Poligon ini,  sebelumnya telah dipasang di Rusia dan di sekitar Istambul dimana menunjukkan kemampuan dalam inisiatif tersebut.

Jika sistem ini diinstal dalam hubungannya dengan usulan seismik 3D, maka banyak data yang akan diperoleh dan banyak pelajaran yang akan dapat dipetik dari sistem ini

 

Loyc Studi Termal:

Untuk memahami frekuensi geyser dan aspek panas:

Usaha masa depan dengan model LUSI juga akan membutuhkan kendala pada sifat termal LUSI.

Untuk itu Loycd dan koleganya telah menunjukkan hasil studi termal mereka, dan menjelaskan bahwa bahwa pengamatan lanjutan diperlukan untuk lebih memahami lagi terhadap frekuensi geyser dan aspek panas yang terkait.

Citra termal, dengan instalasi yang direncanakan pada bulan Agustus 2011, akan berperan dalam mengukur aspek suhu semburan uap air, dan  mengukur  laju aliran dan struktur termal.

Pemantauan menerus melalui video dan pencitraan panas:

Sebuah film berselang selang waktu menunjukkan dengan jelas bahwa pemantauan terus menerus melalui video atau thermal imaging dapat diolah untuk menghasilkan suatu seri-waktu frekuensi semburan, dengan perhatian khusus pada respon geyser gempa terdekat atau jauh.

Amanada Clarke, Memahami antara perilaku Lusi dan aspek gempabumi:

Data ini akan menjadi sangat penting untuk menentukan adanya hubungan antara perilaku LUSI dan berbagai tingkat getaran tanah yang ditimbulkan oleh gempabumi.

Respon LUSI pada getaran tanah, selalu berada pada pusat dari perdebatan antara pemicu pengeboran atau dipicu oleh gempa Yogyakarta.

Gunung Merapi dan Semeru merespon Gempabumi Yogyakarta: 

Karya Amanda Clarke dan rekan  menunjukkan  bahwa kedua gunung berapi yaitu Merapi dan Semeru, telah menanggapi terhadap gempa bumi yang terjadi dengan pusat di Yogyakarta. Ditunjukkan oleh adanya peningkatan fluks panas, dalam beberapa hari setelah gempa.

Hal ini jelas bahwa pencarian (dan menemukan) dengan menerapkan metoda penginderaan jauh termal untuk gerakan tanah dan proses tektonik lainnya.

Merupakan  suatu pendekatan yang kuat, dan tentu saja akan menghasilkan banyak pengamatan yang menarik.

Amanda telah menunjukkan bahwa perubahan tekanan statis miniscule, sedangkan perubahan stres dinamis, meskipun lebih besar, masih hanya pada urutan puluhan kPa.

Masa depan mencoba untuk model Nevertheless, korelasi antara respon sistem terbuka Merapi dan Semeru terhadap gempa bumi Yogyakarta yang kuat, sehingga diperlukanpenjelasan berbasis fisika.

Hubungan Lusi dengan gempabumi bersumber jauh: Analogi Gempa Oaxaca di Meksiko

Clarke et. al. melaksanakan suatu studi yang berbeda dengan lainnya, untuk mencoba melihat hubungan LUSI pada sistem yang khusus dimana telah dipicu oleh gempa bumi dari sumber jauh.

Untuk itu telah dipresentasikan suatu hasil dari studi pemicu kegempaan jauh dalam merespon terjadinya gempa Oaxaca di Meksiko M6.4.

Dalam kaitan ini  ukuran dan lokasi, gempa ini tidak spektakuler, namun banyak gempa bumi yang dipicu di Amerika Utara (seribu beberapa km).

Menariknya, korelasi terbaik antara gempa Oaxaca dan kegempaan telah memicu vulkanisme muda, hidrotermal dan cairan yang kaya diubah, sebagaimana deskripsi LUSI seperti disimpulkan oleh Mazzini.

Ada korelasi kuat kegempaan dengan sistem panasbumi dan hidrotermal: 

Hasil dari studi Oaxaca konsisten dengan yang pertama mengamati studi kegempaan dipicu setelah gempa tahun 1992, yang menunjukkan bahwa kegempaan berkorelasi kuat dengan sistem panas bumi dan hidrotermal (misalnya Long Valley, CA, dan Cosos, CA).

Ini adalah hasil yang sangat menarik dan penting, dan yang harus lebih mengejar, baik dalam memahami fisika di balik korelasi ini, dan pengamatan di masa depan ditargetkan  untuk menentukan bagaimana korelasi tersebut.

Hasil temuan ini dapat ditempatkan pada kontek yang lebih besar dari tektonik regional (These new findings can be put into the larger context of the regional tectonics).

Lusi sebagai sistem alami dihasilkan dari geodinamika yang komplek:

Sehubungan dengan hal tersebut  laporan terkait dengan tektonik daerah (the tectonics of the region) telah dipresentasikan oleh Profesor. Dr. Sukendar Asikin (ITB).

Dimana telah menempatkan Lusi sebagaimana apa yang dimaknasi (put LUSI into the context to which it belongs) sebagai suatu sistem alam (a natural system).

Dihasilkan dari gsuatu eodinamika yang komplek dari wilayah tersebut (as a result of the complex geodynamics of the region).

Pemicu Lusi sepenuhnya murni alami:

Hal ini salah satu cara memberikan bukti tentang apa yang telah memicu LUSI (what triggered LUSI), dimana disebutnya bahwa LUSI sepenuhnya murni alami (LUSI exists for purely natural reasons).

Hal-hal penting dapat diringkas sebagai berikut:

Proses Tektonik Lempeng, hasil dari sistem Busur Sunda: Subduksi dari Lempeng Australia di bawah lempeng Sunda (Subduction of the Australian Plate beneath the Sunda plate) telah menghasilkan fenomena pengangkatan, vulkanisme, dan pemekaran di busur belakang (di mana LUSI berada) (produces uplift, volcanism, and back-arc spreading).

Pembentukan cekungan busur belakang diisi sedimen yang cepat:

Pemekaran menghasilkan penurunan di busur belakang (Spreading results in subsidence in the back-arc).

Dimana sedimen yang tererosi, secara cepat menumpuk ke dalam cekungan (eroding sediments quickly pile into the basin).

Pengendapan sediman yang cepat membentuk lapisan overpressur:

Jika intensitas sedimentasi lebih cepat dari keluaran, sehingga cairan dapat melarikan diri (sedimentation is faster than the entrained fluids can escape).

Mengubur lapisan overpressured (buried layers of overpressured) dan terbentuk dibawah konsolidasi pada kedalaman (underconsolidated form at depth).

Transformasi sedimen kaya organis menjadi gas alam, kerogen dan minyak bumi: 

Karena sedimen yang kaya organis dikubur dan dimatangkan oleh suhu bumi (buried and cooked through the geotherm). Sehingga mereka berubah menjadi gas alam (they transform to natural gas).

Dimana pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi lagi (at higher temperatures and pressures), dapat berubah menjadi kerogen dan akhirnya ke minyak (to kerogen and finally to oil).

Gunung lumpur sebgai indikator yang bair untuk terjebaknya minyak dan gas bumi:

Inilah sebabnya mengapa perusahaan-perusahaan minyak tertarik pada lokasi tersebut, karena biasanya gunung lumpur adalah indikator yang baik (typically mud volcanoes are a good indicator) untuk terjebaknya gas dan minyak (for trapped gas and oil).

Karena dapat menandai suatu daerah dengan proses sedimentasi (mark regions of the sedimentation processes) yang dapat untuk produksi sebagai bahan bakar fosil (amenable to fossil fuel production).

Sumber lumpur Lusi lapisan dengan overpressure dan di bawah konsolidasi dan proses tektonik  jangka panjang:

Sumber lumpur (source of mud) LUSI adalah salah satu lapisan-lapisan dengan tekanan berlebih dan di bawah konsolidasi (overpressured and underconsolitated layers).

Dimana dihasilkan dari skala besar (result from large-scale) dan proses tektonik jangka panjang (long-term tectonic processes).

Bukti terdapatnya gunung lumpur yang alami di Jawa Timur mendukung semburan Lusi adalah sistem alam:

Bukti untuk gunung lumpur yang alami di wilayah ini telah dikenal secara baik (Evidence for natural mud volcanoes in the region is well-established).

Sehingga dapat mendukung terhadap gagasan bahwa fenomena semburan Lusi adalah sistem alami (this is a natural system).

Satyana, Hubungan jatuhya kerajaan Jawa Kuno dan semburan gunung lumpur:

Satyana menyajikan suatu kemungkinan hubungan antara jatuhnya kerajaan Jawa kuno dengan semburan gunung berapi didekatnya.

Spekulasi didasarkan revelansi hubungan langsung dengan semburan Lusi:

Meskipun spekulasi yang menarik dalam dirinya sendiri, itu adalah spekulasi, dan satu-satunya relevansi langsung dengan semburan LUSI saat ini.

Berkembangnya beberapa mud volcano purba di wilayah sekitarnya:

Sebagaimana bukti geologis dari mud volkanisme purba yang berkembang di dekatnya (neighboring geologic evidence of ancient mud volcanism).

Dimana gunung lumpur yang besar berkembang di beberapa lokasi di wilayah tersebut (large mud volcanoes are ubiquitous in the region).

Semburan terjadi secara spontan dengan analogi Lusi dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan pengeboran lokal: 

Aspek yang menarik dari sejarah ini adalah bahwa semburan terjadi secara spontan (tanpa pengeboran) (that historical eurptions occurred spontaneously).

Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dianalogikan, bahwa LUSI akhirnya akan terjadi (LUSI would have ultimately happened) dengan atau tanpa bantuan dari pengeboran local with or without an assist from local drilling).

 Pemodelan secara Numerik dari Lusi menjadi bagian cukup mendasar: Panjang Umur Semburan Lusi

Pemodelan secara numerik dari LUSI sampai saat ini masih cukup mendasar (Numerical modelling of LUSI to date is still fairly rudimentary), dengan banyak ruang untuk kemajuan dan kecanggihan dari model-model.

Presentasi dua studi pemodelan oleh Davies et. al. dan Rudolph et. Al: 

Bertujuan untuk menilai dari sudut pandang probabilistik (aimed to assess from a probabilistic standpoint), terhadap berapa lama LUSI akan menyembur how long LUSI might erupt).

Penerapan simulasi Monte-Carlo: 

Kedua model menggunakan teknik yang disebut simulasi Monte-Carlo (a technique called Monte-Carlo simulations).

 Dimana pada dasarnya ada hal ketidakpastian untuk menetapkan sifat material yang tidak diketahui (for assigning material properties to the unknowns), dibatasi dalam batas-batas yang wajar (constrained within reasonable limits).

Jenis penelitian ini berguna untuk mendapatkan probabilitas, karena ribuan simulasi yang dilakukan dengan beberapa hasil yang lebih mungkin daripada yang lain.

Model Davies Panjang umur semburan  Lusi 26 Tahun: 

Mengasumsikan suatu model pengeringan dari sumber cairan bersumber dari batugamping Kujung (assumes a model of draining the Kujung limestone fluid source), yang mengalir melalui suatu pipa vertikal (vertical through a vertical pipe).

Menggunakan volume yang diamati di permukaan ,sebagai kriteria penolakan/penerimaan untuk termasuk hasil pemodelan ke dalam analisis statistik.

Davies juga menyatakan menemukannya hal yang membingungkan bahwa kurang dari 400 simulasi dari 10.000 model yang realisasi memenuhi kriteria penerimaan dari pencocokan volume ekstrusi.

Hal ini menunjukkan bahwa model konseptual cacat (this indicates that the conceptual model is flawed), namun demikian, hasil penelitian ini memperkirakan bahwa sekitar 26 tahun adalah jawaban dengan probabilitas tertinggi.

Davies mengatakan bahwa hal ini mungkin berlebihan (probably an overestimate), dan pengamatan masa depan akan membantu membatasi pemodelan untuk realisasi ke masa depan.

Rudolph et. al. mempresentasikan hasil dari model, dimana lumpur juga lolos melalui geometri sederhana (mud also escaped through the simplified geometry) dari pipa melingkar of a circular pipe).

Tetapi aspek yang menarik dari pendekatan mereka adalah bahwa aspek hidro – mekanis dan persamaan H2O – CO2 – CH4 dari kondisi ini juga dimasukkan.

Dalam model ini, sumber cairan eksternal (external fluid source) diperlukan untuk mendorong sistem, tetapi kegagalan geser dari batas antara lumpur cair dan lumpur padat (shear failure of the boundary between liquid mud and solid mud) telah dimasukkan untuk memungkinkan erosi mekanik dari daerah sumber (was included to allow mechanical erosion of the source region).

Sehingga dengan demikian rongga berkembang (thus a growing cavity) yang mempengaruhi penurunan (that influence both subsidence), secara terus-menerus meningkatkan sumber lumpur dari lapisan (perpetually increasing source of mud from the layer).

Rudolph Juga menggunakan pendekatan Monte-Carlo, untuk menyelidiki kemungkinan dua mekanisme untuk berhentinya semburan (probability of two mechanisms to stop the eruption).

Baik oleh mekanisme pembentukan kaldera (caldera formation), atau tekanan fluida rendah  (a fluid pressure lower) dari yang dibutuhkan untuk mendorong (than that needed to drive the eruption).

Hubungan dengan Proses Pembentukan Kaldera: Selanjutnya ditunjukkan bahwa pembentukan kaldera (kegagalan sepanjang bidang geser dari ruang ke permukaan), mungkin tidak menghentikan semburan tetapi hanya bahwa model mereka tidak berlaku lagi.

Berbagai hasil yang dibahas, dan untuk sebagian besar set parameter durasi semburan pendek (the eruption duration was short) dan semburan jangka panjang cenderung mengurangi pembentukan kaldera (the longer eruption durations tended to reduce caldera formation).

Sumber lumpur telah setabil, semburan berlanjut karena diduga adanya fluide dari sumber dalam:

Sebuah konsekuensi yang menarik hasil Randolph, dan satukan bersama-sama dengan ide-ide Mazzini, adalah bahwa sumber lumpur telah stabil (is that the mud source has stabilize).
Tetapi sistem terus menyembur (the system keeps erupting). Karena sumber cairan jauh lebih besar (the much larger fluid sources), sehingga diduga adanya sumber yang sangat dalam (implied by a very deep source).
Semburan Lusi telah berubah ke sistem geyser, sedikit dengan tanpa material lumpur yang disemburkan:
Bahwa kondisi aktual bahwa sistem telah berubah seperti geyser (the system has transformed to a geyser-like system), dengan sedikit atau tanpa lumpur yang menyembur (with little or no mud being erupted).
Mencegah terjadinya kaldera, yang dikaitkan dengan amblesan:
Berita baik yang berkembang adalah dapat mencegah pembentukan suatu kaldera (is good news for preventing the formation of a caldera).
Sehingga hal ini merupakan berita baik untuk penurunan (therefore good news for subsidence).
Pada hakekatnya sebagai respon terhadap hilangnya material pada kedalaman (Subsidence occurs in response to the loss of material at depth).
Sedangkan suatu kaldera dapat terbentuk (a caldera could form) dengan konsentrasi tegangan pada batas sumber lumpur mengikis (by stress concentrations at the boundaries of the eroding mud source).
Struktur geometri lebih stabil dan penurunan bisa memudar:
Jika kondisi tegangan telah stabil (If the stress state has stabilized), karena geometri volume diekstrusi di kedalaman (the geometry of the extruded volume at depth) mendistribusikan tekanan pada lapisan lebih kompeten di atas dan di bawah sumber (more competent layers above and below the source).
Sehingga secara sistem secara struktural setidaknya berbunyi untuk saat ini (the system is structurally sound (at least for now)), dan penurunan harus memudar (subsidence should wane).

Harapan Kedepan dari Bencana ke Manfaat:

Apakah masih ada harapan dari bencana Lusi:
Bagi masyarakat Sidarajo, salah satu kebutuhan untuk bertanya apakah ada cahaya (is there any light) di ujung terowongan yang gelap (at the end of this dark tunnel)?
Sudarman prospek panas bumi:
Menyarankan bahwa mungkin ada peluang besar bagi prospek panas bumi (substantial opportunities for geothermal prospecting), yang tentunya akan menguntungkan masyarakat setempat (would certainly benefit the local community).
Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal yang baru lahir:

Jika, pada kenyataannya, LUSI merupakan sistem hidrotermal yang baru lahir (LUSI is a new-born hydrothermal system).
Besarnya pasokan air panas berhubungan dengan komplek gunung api:
Dimana terdapat pasokan air panas yang banyak (with a large supply of hot water) dan dihubungkan dengan kompleks Arjuno Welirang (and linked to the Arjuno-Welirang complex)
Kemungkinan pengembangan Lusi sebagai sumber energi hijau:
Sehingga kemungkinan nyatanya ada (a real possibility exists), untuk mengembangkan LUSI sebagai sumber energi hijau (to develop LUSI as a green energy resource).
Banyak perkembangan yang perlu dilakukan, tetapi Sudarman berpendapat bahwa hal ini tentunya layak untuk ditindaklanjuti.
ProseS tumbuhnya ekonomi lokal pemanfaatan baterei litium: Menyimpan energi hijau dari kompek panas bumi
Dalam dunia yang terbaik, orang bisa membayangkan tumbuhnya ekonomi lokal berdasarkan hasil pemanfaatan baterai Litium (growing local economy based on locally harvested Lithium batteries).
Dimana sangat berguna untuk menyimpan energi hijau diproduksi di kompleks panas bumi (to store green energy produced in a geothermal complex).
The facto Lusi sebgai GeoHeritage yang langka:
Kondisi yang berkembang dari hasil penelitian dari seluruh dunia (researchers from around the world), telah menyambut LUSI sebagai suatu fenomena geologi yang langka (welcome LUSI as a geologically rare).
Lahirnya sistem hidrotermal yang baru:
Hal ini antara lain berangkat dari lahirnya suatu sistem hidrotermal baru (new-born hydrothermal system), untuk meneliti bagaimana bagian dalam bumi kita bekerja (to study the inner workings of Earth).

KEMANFAATAN UNTUK STUDI BAWAH PERMUKAAN 3-D LUSI:

 SIMULATION GIS-3D AS PART OF SERGEY KADURIN AND        IGOR KADURIN PRESENTATION
Preview 3d animation:
https://picasaweb.google.com/hardiprasetyo9/IndonesiaMudVolcanoLUSI3DAnimationRussianInstituteOfGeologicalStudiesOct2010#

 

Tinggalkan komentar