POSISI KONTROVERSI PATAHAN WATUKOSEK: Dongeng Geologi

KOLEKSI NASKAH HARDI PRASETYO DI BLOG

lulib

CATATAN PRIBADI POSISI KONTROVERSI PATAHAN WATUKOSEK:

Pwatukosek

https://rovicky.com/2008/08/14/posisi-kontroversi-patahan-watukosek/

Tampilan pada Blog “Dongeng Geologi” Juni 2017

Posted on 14 Agustus 2008 by Rovicky

Oleh: Dr. Hardi Prasetyo

Wakil Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo Dikontribusikan pada Rovicky.com tersedia pada:

dongeng

Menjelang HUT Kemerdekaan ke 63 ini Pak Hardi Prasetyo mengirimkan artikel ilmiahnya tentang Patahan Watukosek di sekitar Lusi (Lumpur Sidoarjo)”.

“Wah Pakdhe, beliau ini memang saintis bangget ya ?

“Iya Thole, mestinya memang pemikiran dan tindakan itu didasarkan atas kajian ilmiah yang tidak terbiaskan oleh kepentingan apapun”.

Berikut dongengan Pak Hardi Prasetyo dari BPLS:

Slide08

Seperti halnya KONTROVERSI yang masih diperdebatkan sampai di forum Internasional tentang PENYEBAB DAN PEMICU LUSI ANTARA GEMPABUMI DAN PEMBORAN (Lihat Forum Diskusi/Debat Lusi di Pertemuan AAPG Cape Town – Afrika Selatan).

Maka pendapat TENTANG asal usuL (origin) dan perkembangan (development) dari PATAHAN WATUKOSEK (Watukosek Fault) sendiri masih seru DIPERDEBATKAN.

Kristalisasi Knowledge Patahan Watukosek Saat Ini:

Sudah ada kesamaan pandangan bahwa keberadaan Patahan Watukosek merupakan salah satu subsistem atau komponen dari Sistem Semburan Lumpur Panas Sidoarjo (Sidoarjo hot mud eruption system).

Yang harus dieksplorasi lebih jauh ke depan apakah sesar ini benar-benar aktif, semi aktif, pasca awal semburan Lusi 29 Mei 2006 yang lalu.

guntoropatah

Posisi regional Patahan Watukosek (Dalam Guntoro 2011)

Salah satu metoda yang umum dapat dilakukan antara lain dengan memasang dan merekam secara berlanjut seismometer, seperti halnya para ahli seismotektonik (Seismotectonic experts) mengamati Patahan Sumatra (Sumatra Fault Zone) atau San Andreas Falut Zone yang lebih berdimensi makro sebagai implikasi batas lempeng transform (transform plate boundaries).

Disamping itu perlu dicitra bawah permukaan dangkal (shallow subsurface) maksimum 25 m dengan tekonologi High Resolution Ground Penetration Radar (GPR) untuk mendeteksi keberadaan komponen WF yang ditutupi endapan Alluvium (Kuarter).

Pembuktian Keberadaan Patahan Watukosek Selama Ini:

donggenpatah1

  1. Metoda konvensional Geologi struktur (structural geology texbook) citra satelit antara lain dari (Quickbird, CRISP, dan Goggle Earth) telah dapat mengindikasi adanya pasangan (pair) pembelokan kelurusan pola aliran Kali Porong (Porong River Drainage Pattern);
  2. Adanya gawir sesar (fault escarpment) pada kelanjutan ke selatan pembelokan sungai tersebut, kenampakan ini berada di utara G. Pananggungan berlanjut ke selatan ke gugusan G. Welirang dan Arjuno, dimana secara jelas dapat dilihat dari Pusat Semburan Lusi;
  3. Adanya pelengkungan rel kereta api, yang ditafsirkan adanya pergerakan lateral (lateral slip);

kretapatah

  1. Adanya fenomena deformasi geologi yaitu subsidence (di sekitar pusat semburan dan di baratnya) dan uplift (di timurlaut pusat semburan) sebagaimana rekaman InSAR yang telah banyak dipublikasikan akhir-akhir ini di cybernet, antara lain dari Prof. Abidin H. dkk., (2008).

Kontroversi yang masih mengemuka:

1) Kapan Terjadinya Atau aktifivas Patahan Watukosek dalam Sistem Lumpur Sidoarjo?

@ Mazzini dkk., (2007 dan 2008) yang mengintroduksi pemikiran bahwa pasca gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 telah memicu mengaktifkan kembali (reactivation) Patahan Watukosek, sehingga membentuk rekahan atau ‘rapture’ baru atau retakan baru (new fracture).

INSAR

Tiga Pelangi InSAR mencerminkan amblesan dan pengangkatan di sekitar Lusi (Abidin 2008

 Merupakan salah satu sarana keluarnya lusi dari bawah permukaan ke permukaan, dimana awalnya ada 5 sumber, sekarang tinggal Big Hole Lusi.

Abidin dkk., 2008 pada makalah yang dipublikasi bertepatan dengan memperingati 2 Tahun ‘Mbak LuSi’, judul “Subsidence and uplift of Sidoarjo (Eart Java) due to the eruption of the Lusi mud volcano (2006-present)” berkesimpulan bahwa rekaman berkelanjutan dari GPS menunjukkan bahwa reaktivasi Patahan Watukosek terjadi sekitar 3-4 bulan dari saat semburan Lusi pertama terdeteksi (29 Mei 2006).

ABIDIN1

Sekaligus menyanggah bahwa pandangan terutama dari Mazzini dkk., (2007) bahwa pasca gempabumi Yogyakarta selanjutnya terjadi reaktivasi P Watukosek, dilanjutkan pembentukan rekahan sebagai driving force mechanism Semburan Lusi.

Citra InSAR sebagai bagian dari kesatuan pengamatan jangka panjang/menengah GPS mengilustrasikan adanya tiga zona deformasi atau “Pelangi InSAR” yaitu:

  1. Zona Subsidence di Daerah Terdampak Lusi, sebagai elip simetri dengan sumbu panjang utara selatan, berbeda dengan penafsiran selama ini yang selalu menggambarkan sumbupanjang elip berarah baratdaya-timur laur mengikuti asumsi arah jurus Patahan Watukosek;
  2. Zona Subsidence di barat Pusat Sembuan (Siring Barat) dengan elip memanjang timur-barat, ralatif tegak dengan arah di pusat semburan.
  3. Zona Uplift (pengangkatan) di timurlaut Zona Pusat Semburan dengan sumbu panjang relatif condong utara baratlaut-selatan tenggara.

ABIDINDEFORM

Dalam kaitan ini Abidin Dkk., (2008) menyimpulkan Zona Uplift tersebut sebagai hasil pergerakan dari Patahan Watukosek.

Fenomena Sudden Collapse (Lusi : Ambles 4-7 meter, dalam semalam !!) sebagai implikasi langsung dari pembebanan sedimen (sediment loading).

AMBLES

Dalam makalahnya Abidin Dkk., 2008 telah mengulas secara apik bahwa telah terjadi sudden collapse di pusat semburan dengan intensitas yang dahsyat 3 m dalam satu malam (Lex specialist) dibandingkan dengan rate subsidence dengan kecenderungan umum (Lex generalist) yang berkisar antara 0,01-4 cm/hari.

Dalam skematik diagram (gambar 3) yang menjelaskan hubungan pergerakan tegak (vertical) dan mendatar (horizontal) diperlihatkan pengendali pergerakan mendatar oleh small throw normal faults sedangkan gerakan tegak oleh ‘flexure’.

Walaupun tergambar posisi P Watukosek di sebelah kiri, lebih ditonjolkan yang memberikan dampak uplift 0,09 cm/hari dan pergerakan horisontal 0,6 cm/hari.

Skenario tersebut diperjelas dengan kartun Kondisi saat ini dan perkiraan penurunan dan pangangkatan tanah di sekitar Lusi, dimana yang patut mendapat perhatian adalah kondisi (C) terjadinya penurunan seketika (sporadic) 1-3m/hari digambarkan secara gamblang sebagai implikasi berkembangnya patahan kaldera (caldera fault).

Catatan tanggal 2 Juni 2008 telah terjadi recurrent interval suddence collapse ke 2 dengan intensitas lebih dahsyat 4-6m (telah diinformasikan pada forum ini).

Dalam kaitan ini penulis telah dapat mengamati di lapangan dibarengi dengan citra satelit CRISP diambil 26 Juni 2008, dimana telah terjadi suatu perubahan yang dahsyat (significance change) dari suatu model creater mud volcano menjadi caldera mud vulcano.

Untuk itu memberikan implikasi yang luas perlunya suatu paradigma baru untuk mengendalikan semburan dan luapan Lusi ke depan, dimana Pusat semburan telah berubah menjadi daerah depresi (depressed area), pengaliran Lusi ke Selatan menjadi idle sehingga saat ini berubah menganalkan jalur utara-timur, terjadi amalgamasi (amalgamation) dari sistem pusat semburan dibatasi Tanggul Cincin dengan Basin 44 di sebelah timurnya.

Kenapa Rel Keretaapi bengkok atau melengkung?

kretapatah

Dalam buku SEMBURAN LUMPUR PANAS SIDOARJO, Basuki (2008), dalam Prasetyo (2008) menelaah dan membedah buku tersebut, dalam foto yang memperlihatkan bengkoknya rel diberi penjelasan telah terjadi karena dampak dari panasnyA Lusi dan tidak tersurat dikendalikan oleh deformasi geologi.

Sedangkan beberapa pihak lainnya melihat dari sudut pandang yang berbeda bahwa pembelokan rel kereta api, putusnya pipa PDAM, dan harus dibongkarnya Jembatan Putul merupakan suatu indikasi adanya deformasi, lebih lanjut sebagai ‘left lateral slip’?

mAZZINIPATAH.jpg

Keberadaan struktur deformasi di daerah semburan Lupsi, yaitu lokasi Sistem Patahan Watukosek, penyebab bengkoknya rel kereta api, dan struktur diapirsm ditafsirkan dari penampang seismic refleksi memotong sumur BJP-1  (dikompilasi dari Mazzini dkk., 2007)

 “Wah mirip pendapat Pakdhe bahwa rel ini ngga ada hubungan dengan geodinamika ya ?”.

Sinyal dari hal di atas dari REL BENGKOK saja sudah Kontroversi apalagi mencari jawabn sumber panas, sumber air, overpressure, apakah semburan bisa dihentikan? Atau akan

berhenti dengan sendirinya bila tekanan overpressure menjadi harmoni dengan tekanan hidrostatik!

Note : Tulisan ini menguatkan dugaan Ma’rufin disini :Lusi Lagi : Gempa dan patahan Watukosek ?

GEMPA-PATAH

Kesimpulan LUMPUR SIDOARJO sampai pada umurnya yang lebih dari 27 bulan masih menjadi MISTERI tentang asal usul dan perkembangannya sebagai suatu mud volcano yang tumbuh paling tercepat di seluruh Jagad ini (Planet Bumi).

KOMPLEK permasalahan yang ditimbulkannya karena pengendali mekanismenya (semburan) masih berlangsung dengan dahsyat.

Sekaligus secara simultan menimbulkan masalah sosial kemasyarakatan dan dampak infrastruktur, yang pada akhirnya berdampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Namun demikian kita harus OPTIMIS dan penuh HARAPAN, agar ke depan MASALAH dan TANTANGAN tersebut dapat hadapi dengan tegar dan memberikan hasil yang OPTIMAL.

Dalam kontek ini mari kita bahu-membahu untuk mencari SOLUSI YANG ELEGAN DAN TERBAIK.

Kami tetap mohon doa restu dari semuanya agar impian di atas dapat kita wujudkan.

Salam Hormat:

hardibpls2008

Hardi Prasetyo

File Terkait: Dongen Hardi Prasetyo di Rovicky.com

AMBLESLUSI

Lusi : Ambles 4-7 meter, dalam semalam !! Prasetyo, June 28, 2008 In “Dongeng Geologi”

 

MudVanda

SOLUSI

CEKUNGANKASPIA

Tinggalkan komentar