10 Tahun Mengasuh Lusi: Dinamika Desember 2010

  10 TAHUN MENGASUH LUSI:

DINAMIKA LUSI MUD VOLCANO DESEMBER 2010

DRONELUSI-01

DEKLARASI PARADIGMA BARU PENANGANAN BENCANA LUSI:

DARI KONTROVERSI MENUJU MENCARI SOLUSI YANG HOLISTIK,

DARI BENCANA TERBESAR SEMBURAN MUD VOLCANO DI DUNIA,

MENIMBULKAN KORBAN DAN KERUGIAN LUAR BIAA,

MENUJU KE PEMAFAATAN DENGAN MENGEDEPANKAN HIDUP HARMONI DENGAN BENCANA

Slide11

Dikontribusikan oleh: Hardi Prasetyo, Waka-Plt Kepala BPLS (2007-2017)

 Umum

·      Perubahan mendasar semburan dan luapan serta implikasinya:

Emergency

Semakin mantap sebagai mud volcano menuju tahap ‘dormant’:

Postur, dan Perilaku semburan Lusi semakin mantap ditinjau dari sudut pandang ‘knowledge’, sebagai perwujudan suatu mud volcano yang berada pada tahap istirahat ‘dormant’, volume semburan relatif kecil sekitar 15.000m3/hari, material dihasilkan terutama fluida (air).

Pemahaman Lusi pada tahap menuju ‘dormant’:

Hasil gambar untuk hardiprasetyolusi 2010

Pengertian menuju ke ‘dormant’ adalah perkembangan aktivitas mud volcano yang sebelumnya mempunyai perilaku dengan intensitas semburan yang besar, berubah drastis, semburannya mengecil. Walaupun masih disertai dengan semburan uap, dengan kick. Pada tahap suatu mud volcano yang sepenuhnya istirahat, maka dinamikanya menurun drastis (titik semburan statis), luapan menjadi sangat kecil mendekati nol. Sebagai contoh ideal yang umum digunakan sebagai analogi adalah mud volcano Bleduk Kuwu, di Purwodadi, Jawa Tengah.

Titik semburan Lusi masih dinamis:

Sedangkan saat ini, titik semburan mud volcano Lusi masih sangat dinamis, jumlahnya bervariasi 1, 2 dan 3. Lokasinya berpindah-pindah atau titik semburan senantiasa bergerak.

Perkembangan posisi dari ‘dormant’ ke depan belum dapat ditentukan:

Posisi terhadap perkiraan masa hidup Lusi ke depan ditinjai dari titik saat ini (‘dormant’), apakah akan mati, atau akan meningkat kembali seperti kondisi sebelumnya belum dapat ditentukan.

Ancaman keberadaan mud diapir selain Lusi belum dapat diklarifikasikan:

Ancaman baru terhadap keberadaan struktur lumpur (mud diapir) yang masih berada di dalam bumi, sebagaimana yang telah dilaporkan secara tertulis oleh Tim Rusia, juga belum dapat dapat ditindaklanjuti untuk tahap klarifikasi kebenarannya;

Masih dihadapkan pada situasi yang sulit diperkirakan sebelumnya

Masif terus dihadapkan pada situasi tidak diduga:

Sampai saat ini BPLS masih terus dibayang-banyangi  oleh suatu realita dimana senantiasa dihadapkan pada situasi yang tidak terduga sebelumnya (unpredictable), dan belum ada referensi sebelumnya yang berlaku secara khusus.

Pada posisi Desember 2009, intensitas semburan masih tinggi:

Pada bulan Desember tahun lalu (2009), potensi ancaman bahaya, terutama ditimbulkan oleh semburan Lusi di Pusat Semburan yang dikendalikan daya dari dalam bumi. Kecepatan semburan yang tinggi (~100.000 m3/hari) selanjutnya menyebabkan potensi luapan lumpur panas di permukaan.

Implikasi reorganisasi postur gunung Lusi

Reorganisasi sistem mud volcano Lusi dan implikasinya:

Saat Lusi berada pada tahap istirahat, dengan tidak menyemburkan lumpur panas lagi dalam jumlah yang berarti, suatu hal yang tidak terduga bahwa pada musim hujan, ancaman baru yang berpotensi ditimbulkan sebagai implikasi dari proses reorganisasi dari gunung lumpur.

Dinamika Lereng Gunung, dan fenomena tumbukan:

Sehingga lereng gunung Lusi yang disusun oleh lumpur padu bergerak secara radial. Pada tahap perkembangan selanjutnya dapat menimbulkan tumbukan (collision) dengan tanggul penahan lumpur.

Interval perulangaan peningkatan Geohazard:

Pada musim hujan awal akhir November-Desember 2010, intensitas bubble dengan hembusan gas metan cenderung mengalami perulangan interval dengan intensitas tinggi.

Peta Perjalanan Posisi Semburan dan Penanganan Luapan Lusi

·      Penentuan semburan kecil, oleh Badan Geologi:

Awal Maret 2010, Badan Geologi, Kementrian ESDM telah menyampaikan hasil kajian ilmiah, dimana disimpulkan bahwa kecepatan Lusi saat itu, telah menurun drastis dari sebelumnya antara 70.000-100.000m3/hari menjadi sekitar 15.000 m3/hari.

Hal ini merupakan angka resmi yang tersedia untuk selanjutnya digunakan sebagai benchmarcking. Sementara itu BPLS secara rutin melakukan monitoring hari demi hari.

·      Penentuan perkembangan Lusi mud volcano analogi dengan Bleduk Kuwu:

Mei 2010 Tim Geologi dari ITB, telah mengunjungi lapangan Lusi, selanjutnya menyimpulkan bahwa tahap perkembangan dari Lusi, dapat dianalogikan dengan mud volcano Bleduk Kuwu, di Purwodadi, Jawa Tengah. Dimana ciri khusus adalah masih adanya erupsi uap disertai ‘mud kick’, tanpa luapan lusi panas dalam jumlah yang signifikan;

·      BPLS menetapkan posisi tahap perkembangan Lusi memasuki tahap ‘dormant’:

Juni 2010, berdasarkan pemantauan terhadap perilaku di lapangan, dan analogi perkembangan Lusi di seluruh dunia, BPLS telah menetapkan bahwa Lusi mud volcano cenderung memasuki tahap ‘istirahat’ (dormant stage);

·      Intensitas semburan ‘dormant’, namun titik semburan masih dinamis:

Disamping itu juga diposisikan, bahwa walaupun intensitas erupsi lumpur panas telah menurun drastis, namun Lusi masih tetap dinamis, titik semburan silih berganti berjumlah 1, 2, dan 3.

·      Kesepakatan perlunya memahami anatomi semburan Lusi saat ini:

Agustus 2010, pertemuan institusi terkait (Instansi Pemerintah, Organisasi. Profesi, dan pelaku industri) dengan difasilitasikan Badan Geologi, telah menetapkan harus dilakukan penyelidikan secarakomprehensif terhadap anatomi mud volano Lusi saat ini, sebagai basis pertimbangan untuk pengambilan keputusan dan kebijakan penanganan semburan Lusi ke depan.

Parameter semburan:

Parameter semburan pada Awal Desember 2010:

a.   Kecepatan semburan (eruption flow rate) berkisar 10.000-15.000 m3/hari;

b.   Perbandingan material dierupsikan antara fluida-padatan (fluids and solid ratio) adalah 90/10;

c.    Air sebagai produk utama di titik pengamatan (di daerah lereng) dengan suhu hangat (35-40oC), sehingga dapat dipegang dengan tangan tanpa pelindung;

Morfologi (di permukaan):

a.      Postur berbentuk radial asimetris (asymmetric radial), bagian utara dan timur lebih luas,

b.      Morfologi kawah (crater morphology) dinamis pada bulan September memanjang dan tidak beraturan (irregular shape), pada bulan November menjadi radial dan beraturan (regular-rounded),

c.       Dimensi gunung mengalami organisasi dari bentuk kerucut agak landai (gentle cone) menjadi kubah radial (gentle radial dome) dengan lereng relatif semakin landai. Namun dari satu sisi ke sisi lainya masih bervariasi, antara lain dipengaruhi oleh batas luar sistem gunung lumpur dengan Tanggul (misalnya tumbukan).

d.     Ekspansi lateral (lateral expantion), melebar dan meluas ke daerah depresi (basin). Diakibatkan oleh proses ‘pencairan gunung lumpur’, sebagai dampak masuknya air hujan ditambah dengan produksi air alami berasal dari daerah kawah,

e.      Sungai-sungai, saluran, atau ngarai sempit (narrow river or canyon) berkembang dari bagian hulu (upstream) di daerah lereng atas, yang mengalirkan luapan air dari kawah kearah daerah depresi. Fenomena ini selanjutnya disebut sebagai Sistem Sungai Lusi (Lusi river system).

Telah dapat diindikasikan berkembangnya 4 sungai utama (major rivers) yaitu: Sungai-sungai TAS (utara), P43 (tenggara), P25 (baratdaya), dan Siring (barat).

Sebagian besar air tersebut telah digunakan sebagai imbuhan (injection) untuk operasi kapal-kapal keruk. Dengan produksi air saat ini (supply) berkisar 15.000m3/hari masih belum mencukupi kebutuhan (demand), sehingga masih dipasok dari sumber Kali Porong.

Proses geologi di permukaan (Surface geologic processes)

Proses geologi yang terjadi di permukaan sebagai konsekuensi reorganisasi postur/morfologi Lusi, yaitu:

1.   Perubahan bentuk dan geometri kawah (shape and geometry changed), lereng atas (the upper slope of mud volcano) yang makin lebar,

2.   Longsor secara radial bagian lereng (slope radial sliding), disertai dengan pergerakan masa lepas secara ‘debris flow’,

3.   Terjadi perulangan banjir bandang lumpur dingin (cold mud flash) dari lereng atas melalui saluran sempit atau bagian lereng yang terbuka (open space of slope), dengan permukaan lebih halus (bagian baratdaya). Mekanisme aliran yang berperan adalah ‘sediment gravity flow’ atau aliran arus pekat (density current);

4.   Tumbukan (collision) yang melibatkan bagian lereng bawah  gunung Lusi (lower slope of mud volcano)yang bergerak, tanggul penahan lumpur yang relatif statis.

Khususnya saat ini berlangsung pada  zona-zona tumbukan (collision zone) TAS (utara), Osaka (baratlaut), dan Siring (barat);

5.   Subduksi (subduction) atau membusur ke baah (downbowing) bagian utara dari Pond Utama yang disusun oleh lumpur padu (dense mud), yang terus mengalami amblesan ke arah utara ke arah titik semburan (northward subsidenced).

Sedangkan bagian selatan danau Lusi berekspansi ke arah selatan (southtern of Lake Lusi) secara radial (radial expansion), di atasnya (upper slab).

Pada batas subduksi saat ini berkembang parit (trench) atau palung (trough) yang sempit. Sehingga air berasal dari lereng atas dialirkan secara horisontal ke arah timur. Selanjutnya menyatu ke dalam aliran sungai, di lokasi P43;

Paradigma dan skenario Lusi ke depan? (Paradigm and future scenario of Lusi)

·      Mantap, Lusi sebagai mud volcano:

 

Semakin kukuh diterima dan dipahami, bahwa Lusi merupakan perwujudan dari postur dan perilaku suatu mud volcano.

Termasuk salah satu mud volcano yang paling dahsyat (most spectacular), unik (unique), masih diliputi misteri asal-usulnya (mystery on its origin) dari keseluruhan mud volcano aktif saat ini di seluruh dunia;

·       Menjadi bagian dari mud volcano di Jawa tengah-timur:

Menjadi salah satu dari 14 mud volcano lainnya yang berkembang di sekitarnya (Jawa Tengah dan Timur)

Skenario semburan ke depan (Future eruption scenario)

Empat skenario dinamika semburan Lusi ke depan, yaitu:

1.       Tetap seperti saat ini (early dormant status quo):

Kondisi tahap awal ‘dormant’ berlanjut atau ‘status quo’, sampai dengan waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya;

2.       Berada pada tahap ‘istirahat total’ (Dormant stage):

Perkembangan tahap saat ini (menuju dormant), terutama dicirikan disamping oleh intensitas semburan yang didominasi air. Namun hal penting, titik semburan (eruption point) sudah statis.

3.       Mati atau pasif (stop or passive eruption):

Tahap perkembangan selanjutnya semburan Lusi mati atau menjadi pasif.

Dicirikan dengan semburan berhenti atau tanpa semburan material lumpur dan air yang berarti, ‘kick’ tidak ada, dan titik semburan sudah permanen (permanent eruption point).

4.      Interval perulangan semburan dahsyat (recurrent high eruption interval):

Skenario terburuk (the worst case scenario), dimana intensitas erupsi meningkat kembali atau. Namun diperkirakan intensitas semburan kuat (strong eruption intensity) dengan maksimum  kecepatan semburan (flow rate) diperkirakan sebesar ~50.000m3/hari.

Belum dapat dipastikan perkembangan semburan ke depan:

Terhadap empat sekenario semburan Lusi ke depan tersebut, sampai saat ini BPLS maupun institusi lainnya belum dapat menentukan skenario yang mana, yang akan terjadi ke depan.

Posisi terhadap upaya penanggulangan semburan (current position for handling eruption)

Rasionalisasi dan pertimbangan (rationalization and justification):

Walaupun Lusi telah memperlihatkan perubahan mendasar (fundamental change) pada intensitas dan postur semburannya (kecepatan rendah dan jenis luaran terutama air).

Namun perilakunya masih terus dinamis, yaitu jumlah bervariasi dan lokasi berpindah-pindah.

Penetapan Semburan Lusi Mud Volcano: masih Sulit Dihentikan (Difficult to stop it):

Sehingga ditetapkan bahwa Lusi sebagai suatu mud volcano yang dikendalikan oleh daya geologi dari dalam bumi, sulit untuk dihentikan oleh kemampuan manusia  didukung (Iptek) yang tersedia saat ini.

Realitas dari pandangan mayoritas bahwa Lusi ‘unstopable’:

Suatu realitas bahwa dari pandangan para ahli kebumian antara lain: Davies et al., 2007., Mazzini et al., (2007), Tingay et al (2008), dan Riset Tim Rusia (2009), dirangkum pada Lusi Library 2010 Prasetyo, 2010) dengan menganalogikan keberadaan mud volcano aktif di dunia, sehingga umumnya berada pada posisi yang pesimis bahwa Lusi tidak dapat dihentikan (unstoppable).

Status Pemodelan masa hidup Lusi

Perhitungan durasi kehidupan (living duration) Lusi berdasarkan pemodelan masa hidup Lusi yang telah dipublikasi selama ini (yang rinci antara lain Istadi et al., 2009) terutama menggunakan pemodelan dari volume sumber lumpur overpressure (ditentukan sebagai Formasi Kalibeng), dibagi dengan kecepatan semburan yang diasumsikan sebesar 90.000m3/hari. Sehingga menghasilkan skenario hidup Lusi antara 20-30 tahunan.

Karena secara realita saat ini semburan 90% adalah air dan bukan lagi lumpur panas, dengan kecepatan semburan fluida sebesar 15.000m3/hari. Sehingga disarankan bahwa hasil pemodelan tersebut untuk tidak diberlakukan.

Penyamaan persepsi tentang pentingnya pemahaman anatomi  bawah permukaan (the important for understanding of subsurface anatomy)

Telah berkembang suatu pemahaman yang universal (universal knowledge) terutama di kalangan para ahli kebumian dan institusi kebumian terkait, bahwa untuk dapat mempertimbangkan dan memutuskan (justification and decision) terhadap keberlanjutan kehidupan Lusi mud volcano ke depan, harus terlebih dahulu dengan suatu pemahaman terhadap anatomi dan pengendali mekanisme (anatomy and driving force mechanism), terhadap posisi Lusi mud volcano yang sekarang (current position of Lusi mud volcano).

Untuk itu langkah aksi ke depan, dimana BPLS berperan aktif, yaitu:

·      Pada APBN 2011, dibawah koordinasi Badan Geologi, KESDM akan dilakukan pengambilan data Seismik Refleksi 3-D Agar dapat mencitra mencitra anatomi di langsung di bawah kawah Lusi mud volcano saat ini (current anatomo of subsurface Lusi mud volcano crater), sampai pada kedalaman 3 km atau lebih.

·      Sebagai pendukung, Bapel BPLS masih menjajaki kerjasama dengan pihak Rusia, dalam penyelidikan GIS 3-D untuk melanjutkan dan mengklarifikasi keberadaan struktur mud diapir (diapir structure) di sekitar Lusi, dan penyelidikan sistem Poligon (Poligon sistem) untuk monitoring serta memperkirakan perilaku semburan Lusi ke depan.

·      Pada tahun 2011 Bapel BPLS merencanakan suatu kerjasama survei dan penyelidikan berbasis ilmu kebumian dengan pihak Arizona State University.

·      Dengan fokus utama (main focus)  untuk mengungkapkan asal-usul (origin) dari bagian (komponen)  anatomi Lusi mud volcano, yang saat ini masih menjadi hal misteri alam (natural mystery) dan perbedaan pendapat yang terus berkembang menjadi kontroversi berkelanjutan (continous controversy) diantara para pakar, praktisi, dan publik umum selama ini, yaitu:

1)      Sumber air dihasilkan Lusi, dengan 3 skenario (dari sumber lapisan dalam batugamping (deep limestone), lapisan lebih dangkal batulempung (shallower mudstone), dan imbuhan dari sistem gunung magmatic (magmatic volcano discharge);

2)      Sumber Panas (hot water sources), walaupun salah satu hasil awal penelitian terbaru (2010) telah menyebutkan Lusi sebagai Geo-pressure dari sistem panas bumi bertemperatur rendah, (low temperature geothermal system), namun hal tersebut belum dapat diterima secara universal;  dan

3)      Sumber gas (gas sources), terutama pada dari erupsi utama (main eruption) dan semburan mikro (micro eruption) di dalam daerah tergenang lumpur. Demikian pula kemungkinan Lusi berkontribusikan pada volume gas rumah kaca, (greenhouse gas) yang mempunyai implikasi pada perubahan iklim global (global climate change).

Fenomena Geohazard (Geohazard phenomenon),

Selama ini telah banyak dibahas secara faktual terhadap kejadian dan penafsiran geohazard, terutama amblesan (subsidence) dan bubble disertai dengan erupsi gas metan (methane gas eruption).

BPLS telah memposisikan bahwa anatomi dan mekanisme kejadian semburan utama dan sekunder di daerah tergenang Lusi (dari dalam dikendalikan overpressure sedimen, panas, dengan kandungan H2S), sangat berbeda dengan keberadaan bubble, terutama di luar PAT.

Dimana umumnya dicirikan dengan erupsi air, sumber lebih dangkal, suhu dingin, material sedikit lumpur, dan gas terutama metan.

Salah satu hasil penyelidikan deformasi yang telah dipublikasikan pada forum ilmiah internasional, antara lain oleh Andreas  dan Abidin (2010, ditempatkan pada Lusi Library), menunjukkan hal penting yaitu:

1)      bahwa kedepatan ambleSan (rate of subsidence) sudah menurun secara signifikan bila dibandingkan dengan  kondisi anara tahun 2006-20092)

2)      pola rekahan (cracks) dan patahan (fault) adalah radial (radial style of deformation), yang ditafsirkan sebagai konsekuensi perkembangan dari kaldera Lusi.

Hal ini sangat relevan dengan postur dan dinamika mud volcano Lusi saat ini, pada tahap ‘dormant’, yang mengalami reorganisasi antara lain dipicu oleh pembentukan kaldera (caldera formation).

Potensi Bahaya dan analisis resiko (Hazard potential and risk analysis)

Potensi bahaya dalam kondisi kebencanaan (akan memasuki tahun ke 5), yang masih mungkin ditimbulkan oleh mud volcano Lusi, telah berubah dari waktu-ke waktu.

Analisis resiko dikaitkan dalam misi kebencanaan, berangkat dari paradigma baru (new paradigm) berdasarkan fakta di lapangan, bahwa Lusi sebagai suatu mud volcano Lusi cenderung memasuki tahap istirahat ‘Dormant’, dengan produksi air dan gas, namun perilakunya masih dinamis.

Sehingga eskalasi potensi bahaya, yang mungkin ditimbulkannya berturut-turut dari tingkat tinggi ke rendah, adalah:

(1)       Pergerakan lereng dan banjir bandang,

(2)       Potensi ancaman semburan, interval semburan besar terjadi mendadak, dan

(3)       Geohazard, yang dapat meluas atau meningkat intensitasnya, yang selama ini menunjukkan pola yang berfluktuatif (fluctuate style of intensity) dengan durasi pendek (short cycle.

Potensi ancaman pergerakan mud volcano Lusi

 ·   Bahaya terutama dikendalikan oleh pergerakan lumpur padu dan ‘banjir bandang lumpur dingin’:

Beberapa tahun kebelakang potensi bahaya luapan lumpur terutama disebabkan oleh aliran lumpur panas, yang dikendalikan oleh tanggul-tanggul dan kolam penampung lumpur.

Saat ini telah terjadi perubahan cukup signifikan (significant changed), karena penyebabnya adalah oleh dinamika dari postur mud vocano Lusi, di permukaan (surface mud volcano posture) yang sedang mengalami reorgaisasi.

Sehingga terjadi pergerakan berkelanjutan dari masa lereng bawah gunung yang massif secara radial kearah tanggul (man made dikes).

Pergerakan bagian lereng gunung ini akan terus berlangsung, selama masih terdapat ketidakstabilan lereng (slope instability), dan dan proses pencairan gunung lumpur. Terutama karena dicirikan dengan adanya viskositas yang rendah, pasca luaran semburan didominasi material air.

Potensi bahaya yang ditumbulkan oleh gerakan lereng bawah terutama adalah tumbukan dengan tanggul terutama selama musim hujan, dan masih terdapat ‘slope instability’, khususnya di sektor-sektor Siring (barat), Osaka (barat laut) dan TAS (utara).

Tumbukan dapat memberikan dampak terhadap tekanan horisontal dan vertical (horizontal and vertical stress), sehingga daya dukung tanggul (carrying capacity) dilalui (scenario runtuh).

Atau akumulasi dari lumpur padu secara massif meningkat, serta mengurangi beda tinggi antara lumpur dengan bagian atas tanggul (waking);

·   Banjir bandang lumpur dingin (sediment gravity flow):

Menyebabkan permukaan lumpur naik dengan cepat dan dapat menghambat operasi dari kapal-kapal keruk;

·   Banjir air limpas:

Yang terakumulasi di dalam kolam penampungan, dengan adanya hujan ekstrim, dipadukan dengan tumbukan lereng dan atau banjir bandang.

Dengan mekanisme, air yang limpas mengikis tanggul, akhirnya jebol, akumulasi air yang ada di kolam penampungan lumpur dikuras dalam waktu singkat, dengan kekuatan yang cukup signifikan.

Potensi ini pada eskalasi tertinggi ditentukan pada sektor Kolam Glagaharum (Glagaharum Pond).

2) Potensi ancaman semburan:

Potensi ancaman langsung dari semburan lusi pada tahap dormant saat ini dapat ditentukan dengan eskalasi yang lebih mengecil.

Hal yang belum dapat dipastikan adalah pada skenario terburuk bila terjadi perulangan intensitas semburan lumpur panas yang tinggi, secara tiba-tiba atau mendadak (tidak gradual) sebesar 100.000m3/hari, sebagaimana tahun 2008-2009 yang lalu.

Untuk itu BPLS telah mengantisipasi ‘the worst case scenario’ antara lain dengan membangun kolam cadangan penampungan di selatan (Pond Busuki), yang lokasinya berbatasan langsung dengan Kali Porong.

3) Geohazard,

Geohazard yang berlangsung di dalam daerah terdampak, diasumsikan sebagai kelanjutan proses-proses:

1)    pembentukan kaldera dari sistem mud volcano Lusi (caldera formation of Lusi mud volcano),

2)    dampak pengurangan material yang dialirkan ke permukaan, pengurangan kompaksi (de-compation) dan tekanan, dibarengi dengan efek pembebanan (loading effect); dan

3)    reaktivasi patahan watukosek.

Sedangkan di luar daerah terdampak Lusi, geohazard disebabkan baik oleh kompaksi, pembebanan sedimen yang mengalami de-pressurize, atau reaktivasi struktur patahan (second order) dari sistem Patahan Watukosek.

BPLS terus meningkatkan kinerja pada aspek monitoring dan penanganan langsung terhadap dampak geohazard.

SITUS TERKAIT

0_JAN11-DES

10_DIN-MARET

11_DIN-FEBRUARI

12_DIN-JANUARI

1_DINAMIKA_DESEMBER 2010

2_DIN_NOVEMBER

4_DIN_SEPTEMBER

5_DIN_AGUSTUS

6_DIN_JULI

7_DIN_JUNI

8_DIN-MEI

9_DIN-APRIL

ABSTRACT_ALL

Lusi_4Tahun

Tinggalkan komentar